.....W E L C O M E TO M Y B L O G....
Tampilkan postingan dengan label Agama. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Agama. Tampilkan semua postingan

Minggu, 07 Agustus 2011

Minggu, 07 Agustus 2011 Hari Minggu Biasa XIX: TENANGLAH!! AKULAH INI. JANGAN TAKUT



Renungan

TENANGLAH!! AKULAH INI. JANGAN TAKUT

Tenanglah! Aku ini, jangan takut!" Lalu Petrus berseru dan menjawab Dia: "Tuhan, apabila Engkau itu, suruhlah aku datang kepada-Mu berjalan di atas air." Kata Yesus: "Datanglah!" Maka Petrus turun dari perahu dan berjalan di atas air mendapatkan Yesus. Tetapi ketika dirasanya tiupan angin, takutlah ia dan mulai tenggelam lalu berteriak: "Tuhan, tolonglah aku!" Segera Yesus mengulurkan tangan-Nya, memegang dia dan berkata: "Hai orang yang kurang percaya, mengapa engkau bimbang?

Suatu ketika dalam remang remang terang bulan, teman saya menghadang beberapa gadis yang mau sembahyang ke Goa Maria. Di tengah bulakan, seorang teman tadi sudah mengenakan pakaian pocong dan sembunyi di rerimbunan tanaman jagung, sementara dia meloncat dan berbaring persis di depan gadis-gadis tersebut. Seorang gadis sungguh jatuh terkulai dan rebah karena ketakutan. Sampai beberapa lama baru sedikit tersadar dan mulai bisa berbicara dan marah begitu besar setelah tahu bahwa temannya yang melakukan hal tersebut. Beberapa temannya coba menghibur dan menguatkan pengalamannya, bahwa itu bohong. Tetapi yang pasti bahwa ketakutan si gadis itu bukan bohong dan dia sungguh shock.

Ketakutan yang mendalam ternyata sungguh melumpuhkan seluruh syaraf dan akal sehat, maupun segala sensor akal budi kita. Tanpa kecuali ketakutan karena apa atau siapapun akan membuat kita lumpuh total tak berdaya dan tak dapat berkembang dengan semestinya atau sewajarnya. Tidak jarang kita juga begitu takut menghadapi gelombang kehidupan kita yang akan membuat kita tidak berani untuk mengayunkan kaki untuk melangkah maju maupun mundur.

Untuk itu Yesus menunjukkan beberapa hal yang penting dalam menyikapi kehidupan ini:

Pertama Doa: Doa adalah membuat penyadaran bahwa kita selalu bersama Allah, kita akan didukung Tuhan Allah, kalau kita selalu melakukan kehendak-Nya. Doa membuat kita juga semakin peka untuk memperhatikan kepentingan teman-teman dan orang lain secara langsung maupun tidak langsung. Doa meningkatkan kepedulian dan dedikasi kita terhadap perutusan Allah.

Kedua Tenang dan Tidak Takut: Tenang dan tidak takut. Ketenangan atau keheningan batin dan rasa percaya diri dengan tidak takut, membuat segala sesuatu kita sandarkan kepada Allah yang menjadi jaminan hidup kita, sehingga tidak perlu cemas dan takut karena yakin Tuhan sebagai tumpuan seluruh perjuangan kita, sehingga kita menjadikan “Yesus andalanku”.

Ketiga, Datang Kepada Tuhan: Seorang anak kecil yang takut, dia cepat-cepat lari datang kepada ibunya atau bapaknya atau kakaknya, atau kakeknya; karena dia percaya bersama orang-orang ini merasa ada teman, ada yang akan membantu, ada yang siap untuk melindungi, merasa ada teman untuk pertimbangan dan meminta nasehat yang terbaik untuk menjadi selamat atau berhasil. Maka Yesus menawarkan undangan kepada para muridNya dengan mengatakan “ini Aku jangan takut” atau kepada Petrus “datanglah”

Keempat, Percaya dan Tidak Takut atau Bimbang: Percaya dan tidak bimbang atau ragu.Banyak kecelakaan terjadi karena orang tidak percaya, tidak yakin, penuh dengan keraguan dan kebimbangan, sehingga orang lain tidak bisa mengantisipasinya, akibatnya terjadilah tumburan (tabrakan) atau kecelakaan. Bahkan dalam kecelakaan karena tenggelam, karena orang yang ditolong begitu ragu maka dia justru memeluk yang menolong, sehingga yang menolongpun dibahayakan ikut tenggelam.Atau dia ragu berpegangan sehingga terlepas dan tersedot putaran, malah hilang dan mati. Ajakan Yesus cukup tegas dan jelas, dalam menghadapi badai gelombang kehidupan yang dahsyat.Kita harus datang kepada Allah dengan suatu keyakinan yang besar dan mantap serta membuang jauh-jauh segala bentuk keraguan dan kebimbangan. Segera datang kepadaNya jangan menunda, karena Yesus akan segera mengulurkan tangan-Nya untuk membantunya.Yesus selalu siap dengan sikap siap sedia “Akulah ini. Jangan takut”.

Selamat merenungkan.

Minggu, 07 Agustus 2011 Hari Minggu Biasa XIX



Minggu, 07 Agustus 2011
Hari Minggu Biasa XIX

Barangsiapa menuruti segala perintah-Nya, ia diam di dalam Allah dan Allah di dalam dia. Dan demikianlah kita ketahui, bahwa Allah ada di dalam kita, yaitu Roh yang telah Ia karuniakan kepada kita. (1Yoh 3:24)

Antifon Pembuka (Mzm 74:20.19.22.23)

Ingatlah akan perjanjian-Mu, ya Tuhan, dan janganlah Kaulupakan umat-Mu yang tertindas. Bangkitlah, ya Tuhan, belalah perkara-Mu, janganlah Kaulupakan seruan orang yang mencari Engkau.

Doa Renungan

Allah Bapa yang mahakuasa dan kekal, kami Kauperkenankan menyapa Engkau Bapa dalam doa kami. Lengkapilah apa yang kurang pada kami, agar kami layak disebut putra dan putri-Mu serta layak pula menerima warisan yang telah Kausediakan bagi kami. Dengan pengantaraan Yesus Kristus, Putra-Mu, Tuhan kami yang bersama Dikau dan dalam persatuan Roh Kudus, hidup dan berkuasa, Allah sepanjang segala masa. Amin.

Pembacaan dari Kitab Pertama Raja-raja (19:9a.11-13a)

"Berdirilah di atas gunung itu di hadapan Tuhan."

Sekali peristiwa, ketika Elia sampai di Gunung Horeb, masuklah ia ke dalam sebuah gua dan bermalam di situ. Maka berfirmanlah Tuhan kepadanya, "Hai Elia, keluarlah dan berdirilah di atas gunung itu di hadapan Tuhan!" Lalu Tuhan lewat. Angin besar dan kuat membelah gunung-gunung dan memecahkan bukit-bukit batu mendahului Tuhan. Namun, Tuhan tidak berada dalam angin itu. Sesudah angin itu datanglah gempa. Namun, dalam gempa Tuhan pun tidak ada. Sesudah gempa menyusullah api. Namun, Tuhan juga tidak berada dalam api itu. Api itu disusul bunyi angin sepoi-sepoi basa. Mendengar itu, segeralah Elia menyelubungi wajahnya dengan jubah, lalu keluar dan berdiri di depan pintu gua itu.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan, do = a, 4/4, PS 815
Ref. Perlihatkanlah kepada kami kasih setia-Mu, ya Tuhan
Ayat. (Mzm 85:9ab-10.11-12.13-14; Ul: 9a)
1. Aku ingin mendengar apa yang hendak difirmankan Tuhan. Bukankah Ia hendak berbicara tentang damai? Sungguh, keselamatan dari Tuhan dekat pada orang-orang bertakwa, dan kemuliaan-Nya diam di negeri kita.
2. Kasih dan kesetiaan akan bertemu, keadilan dan damai sejahtera akan berpelukan. Kesetiaan akan tumbuh dari bumi, dan keadilah akan merunduk dari langit.
3. Tuhan sendiri akan memberikan kesejahteraan, dan negeri kita akan memberikan hasil. Keadilan akan berjalan di hadapan-Nya, dan damai akan menyusul di belakang-Nya.

Pembacaan dari Surat Rasul Paulus kepada umat di Roma (9:1-5)

"Aku rela terkutuk demi saudara-saudaraku."

Saudara-saudara, demi Kristus aku mengatakan kebenaran, aku tidak berdusta. Suara hatiku turut bersaksi dalam Roh Kudus, bahwa aku sangat berdukacita dan selalu bersedih hati. Bahkan aku rela terkutuk dan terpisah dari Kristus demi saudara-saudaraku, kaum sebangsaku menurut daging. Sebab mereka itu adalah orang Israel. Mereka telah diangkat menjadi anak Allah, telah menerima kemuliaan dan perjanjian-perjanjian, hukum Taurat, ibadat dan janji-janji. Mereka itu keturunan bapa-bapa leluhur, yang menurunkan Mesias sebagai manusia, yang mengatasi segala sesuatu. Dialah Allah yang harus dipuji selama-lamanya. Amin.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.

Bait Pengantar Injil, do = a, 4/4, PS 962
Ref. Alleluya, alleluya, alleluya, alleluya.
Ayat. (Mzm 130:5)
Aku menanti-nantikan Tuhan, jiwaku menanti-nanti, dan aku mengharapkan firman-Nya.

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Matius (14:22-23)

"Tuhan, suruhlah aku datang kepada-Mu dengan berjalan di atas air!"

Sesudah mengenyangkan orang banyak dengan roti, Yesus segera menyuruh murid-murid-Nya naik perahu dan mendahului-Nya ke seberang, sementara Ia menyuruh orang banyak pulang. Dan setelah orang banyak itu disuruh-Nya pulang, Yesus mendaki bukit untuk berdoa seorang diri. Ketika hari sudah malam, Ia sendirian di situ. Perahu para murid sudah beberapa mil jauhnya dari pantai, dan diombang-ambingkan gelombang karena angin sakal. Kira-kira jam tiga malam datanglah Yesus kepada mereka dengan berjalan di atas air. Melihat Dia berjalan di atas air, para murid terkejud dan berseru, "Itu hantu!" Dan mereka berteriak-teriak ketakutan. Tetapi, Yesus segera menyapa mereka, kata-Nya "Tenanglah! Akulah ini, jangan takut!" Lalu Petrus berseru, "Tuhan, jika benar Tuhan sendiri, suruhlah aku datang kepada-Mu dengan berjalan di atas air." Kata Yesus, "Datanglah!" Maka Petrus turun dari perahu dan berjalan di atas air mendapatkan Yesus. Tetapi, ketika dirasakannya tiupan angin kencang, Petrus menjadi takut dan mulai tenggelam lalu berteriak, "Tuhan, tolonglah aku!" Segera Yesus mengulurkan tangan-Nya, memegang Petrus, dan berkata, "Hai orang yang kurang percaya, mengapa engkau bimbang?" Keduanya lalu naik ke perahu dan angin pun redalah. Dan mereka yang ada di perahu menyembah Dia, katanya, "Sungguh, Engkau Anak Allah!"
Demikianlah Injil Tuhan
U. Terpujilah Kristus.

Renungan

"TENANGLAH! INILAH AKU, JANGAN TAKUT!"

Rekan-rekan!

Injil Minggu Biasa XIX A ini (Mat 14:22-33) mengisahkan bagaimana para murid tidak segera mengenali Yesus yang mendatangi mereka dengan berjalan di atas air. Matius mengolah kembali kisah Yesus berjalan di atas air dalam Mrk 6:45-50 (bdk. Yoh 6:16-20) dan menambahkan cerita mengenai Petrus (ayat 28-31) yang didapatnya dari sumber-sumber mengenai tokoh itu. Khas Matius, pada akhir kisah (ayat 33), disebutkannya bahwa para murid mengakui Yesus sebagai Anak Allah. Markus menyampaikan pandangan yang berbeda; dalam Mrk 6:51a-52 dikatakan.orang-orang itu hanya tercengang tanpa mengenal siapa Yesus sesungguhnya "karena hati mereka tetap tidak peka."

YESUS MENDESAK PARA MURID

Setelah memberi makan 5000 orang, Yesus segera mendesak para murid agar menyeberangi danau. Ia sendiri naik ke sebuah bukit untuk berdoa. Kata "mendesak" memang keras, begitu juga dalam teks aslinya. Ada yang perlu dilakukan agar tidak terjadi hal yang tak diinginkan. Apa itu? Menurut Injil Yohanes, orang banyak yang mengalami peristiwa roti itu kini mau mengangkatnya sebagai raja. Oleh karenanya Yesus menyingkir ke gunung seorang diri (Yoh 6:15). Dia menghindari mereka yang mau memaksakan ukuran-ukuran serta cita-cita mereka sendiri kepadanya. Kebesarannya yang sejati terletak dalam pengorbanan menebus kemanusiaan dengan penderitaan hingga mati di salib, dan khas menurut Yohanes, hingga "terlaksana" demikian (Yoh 19:30). Yesus menyingkir menyendiri, dan seperti dicatat Matius dan Markus, untuk berdoa. Ia mencari pengarahan dari Dia yang mengutusnya. Bagaimana dengan para murid? Boleh jadi mereka juga sudah mulai berpikir seperti orang banyak. Mereka juga tak dapat menerima mengapa Yesus yang sedemikian terhormat itu bakal ditolak dan dibunuh oleh orang-orang di Yerusalem. Para murid belum paham akan kemesiasan rohani Yesus. Mereka malah mengira ini saat tepat bagi Yesus untuk menjadi pemimpin masyarakat yang dinanti-nantikan! Bila kita perhitungkan keadaan itu, maka tak sulit mengerti mengapa Yesus mendesak mereka agar pergi ke seberang danau. Ia bermaksud menjauhkan mereka dari orang-orang yang memiliki anggapan yang kurang cocok mengenai dirinya. Mereka disendirikan agar nanti dapat melihat dirinya yang sebenarnya. Dan ia sendiri menyingkir ke keheningan doa.

PERAHU TEROMBANG-AMBING

Para murid berusaha mencapai seberang danau. Berjam-jam mereka berputar-putar karena menghadapi angin sakal dan gelombang. Apa yang dirasakan para murid? Mereka kan orang-orang yang cukup berpengalaman mengenai gelombang, mengenai arah angin, dst. Mereka tahu waktu-waktu itu kurang baik untuk berperahu ke seberang. Tak jelas bagi mereka mengapa Yesus menyingkiri massa yang baru saja dipuaskannya dengan makanan. Malah murid-murid juga disuruh menjauh dari orang-orang yang pasti bakal menjadi pengikutnya. Dan mengapa mereka mesti menuju ke arah yang sulit dicapai dalam keadaan ini. Bagaimanapun juga mereka menurut dan berkayuh semalam penuh sampai dini hari. Dan ketika berada di tengah danau, gelombang dan angin semakin mengombang-ambingkan perahu mereka.

Para murid merasa terancam. Runyamnya, kini guru mereka tidak ada bersama mereka. Tidak seperti ketika Yesus tidur di perahu (Mat 8:23-27 Mrk 4:45-41 Luk 8:22-25). Mereka dapat membangunkannya dan ia meredakan angin ribut. Kali ini mereka tidak disertai dia yang berkuasa atas angin dan danau! Mereka mulai dikuasai waswas. Peristiwa ini kerap diterapkan pada kehidupan umat yang terombang-ambing di tengah arus-arus yang membuat bahtera yang sedang membawa mereka - gereja - berputar-putar tanpa arah. Kekacauan menjadi-jadi dan terasa lebih kuat daripada tuntunan ilahi sendiri.

Ketika Yesus mendekat, para murid tidak segera mengenalinya. Malah ia dikira jejadian. Cara Matius berkisah menarik. Dipakainya kutipan langsung, "Itu hantu!" (Mat 14:26). Bandingkan dengan sumbernya dalam Mrk 6:49 yang memakai cara bercerita biasa. Yoh 6:19 malah hanya menyebut mereka ketakutan begitu saja. Peristiwa ini disampaikan Matius dengan cara dramatik diselingi rasa humor tapi juga simpati. Pembaca dapat merasa diikutsertakan sambil tetap memandangi kejadian-kejadian dengan tenang. Kita boleh tersenyum dan berkomentar dalam hati, kok bodo amat ya para murid itu! Teriak-teriak kayak anak kecil merasa melihat hantu! Namun seperti halnya humor yang berhasil dapat menjadi cermin bagi pembaca, juga kisah ini dapat menghadapkan kita pada pengalaman yang mirip-mirip yang sering tidak segera kita sadari.

YESUS BERJALAN DI ATAS AIR

Apa arti "berjalan di atas air"? Dipakai kata yang harfiahnya berarti "berjalan mondar mandir", seperti sedang berjalan-jalan santai di taman. Juga ada makna serta "berinteraksi" dengan keadaan dengan tenang dan enak. Dahulu para guru Yahudi sering diceritakan mengajarkan prinsip-prinsip etika kepada para murid mereka sambil "berjalan-jalan", sering tidak dalam arti mondar mandir melangkahkan kaki, melainkan menelusuri pelbagai gagasan, teori, serta pemikiran leluhur dan para cerdik pandai. Begitulah asal usul pengajaran yang biasa dikenal sebagai "halakha", yakni penjelasan yang dituruntemurunkan mengenai hukum dan agama. Diajarkan bagaimana menelusuri perkara-perkara kehidupan dengan santai tapi waspada, tidak tegang dan terpancang pada satu hal saja. Seorang ahli dapat dengan enak meniti arus-arus pemikiran tanpa terhanyut.

Murid-murid melihat ada sosok yang menguasai gerakan-gerakan gelombang. Yesus tidak menggilasnya. Juga pada kesempatan lain ketika menghardik angin dan danau (Mat 8:26 Mrk 4:39 Luk 8:24), ia cukup menyuruh mereka diam. Itulah tempat mereka yang sebenarnya di hadapan keilahian. Sekarang ia malah tidak memakai kata-kata. Ia leluasa berjalan di atas kekuatan-kekuatan itu. Kenyataan-kenyataan yang bisa mengacaukan tidak menggentarkannya. Malah mereka dijinakkan. Ini semua dilihat para murid. Namun mereka tidak sertamerta mengenali siapa dia itu yang bertindak demikian. Sosok ini datang dari Yang Ilahi atau dari yang jahat? Begitulah cara mereka membeda-bedakan. Tak banyak menolong. Yesus menenangkan dan menyuruh mereka melihat baik-baik bahwa dialah yang ada di situ. Tak perlu lagi risau akan kekuatan-kekuatan yang menakutkan yang sebenarnya semu dan justru akan benar-benar membahayakan bila dianggap sungguh. Yesus hendak mengajarkan kebijaksanaan yang dihayatinya sendiri. Di padang gurun ia berhasil melewati godaan Iblis dengan budi yang terang, bukan dengan balik menghantam. Pembaca yang jeli akan menghubungkan ketenangannya itu dengan tindakannya sebelum datang kepada murid-muridnya: ia pergi menyendiri dan berdoa, meluruskan serta membangun hubungan dengan keilahian dalam ketenangan. Itulah sumber kebijaksanaannya.

Ayub 9:8 menyebut Allah yang Mahakuasa "membentangkan langit", dan "berjalan melangkah di atas gelombang-gelombang laut", artinya menguasai kekuatan-kekuatan yang tak terperikan dahsyatnya. Tidak dengan meniadakannya, melainkan dengan mengendalikannya. Ia mengatur alam yang dahsyat itu dengan kebijaksanaaNya. Yesus menyelaraskan diri dengan Yang Mahakuasa yang demikian itu. Ia tetap mengarahkan diri kepada-Nya. Dan menurut Matius, nanti pada akhir kisah ini, para murid mengakuinya, "Sesungguhnya Engkau itu Anak Allah." Mereka mulai paham bahwa Yesus membawa keilahian dalam dirinya.

PERAN PETRUS

Mengapa Petrus mulai tenggelam? Seperti diceritakan, ketika merasakan tiupan angin, Petrus mulai tenggelam. Matius tidak mengatakan semuanya. Tapi tadi ia kan sudah menjelaskan bahwa Yesus berdoa sebelum mendatangi murid-muridnya dengan berjalan di atas air. Bagaimana dengan Petrus? Tokoh ini bertindak dengan spontanitas dan maksud baik belaka. Lihat apa yang terjadi! Tapi akhirnya ia berteriak minta tolong, "Tuhan, tolonglah aku!" Seruan ini diarahkan kepada Tuhan. Ini doa. Dan doanya didengarkan. Tapi siapa yang memegang tangan Petrus dan menahannya agar tidak tenggelam? Yesus. Di sini ada pengajaran yang amat dalam. Yesus yang dikenal sehari-hari dan diikuti itu menjadi jalan Yang Mahakuasa menolong dalam saat-saat kritis. Kejadian ini membuat orang-orang yang ada di perahu mulai menyadari apa yang sedang terjadi. Dalam ayat 33, ketika Yesus dan Petrus sudah naik ke perahu, orang-orang itu menyembah Dia - tentunya menyembah Yang Mahakuasa sendiri - dan mengenali kehadiranNya di dalam diri Yesus yang kini mereka akui sebagai Anak Allah. Markus berbeda. Ia mengatakan para murid hanya tercengang, tanpa memahami, karena hati mereka tidak peka (Mrk 6:51a-52). Tapi Markus tidak menyertakan episode Petrus seperti Matius. Kelihatan betapa besarnya peran Petrus yang dengan tindakan yang tampaknya konyol tadi malah membuat rekan-rekannya menyadari siapa sebenarnya guru yang mereka ikuti itu.

Yesus menyapa Petrus (ayat 31), "Hai orang yang kurang percaya, mengapa engkau bimbang!" (ayat 31). Memang dalam kisah tadi kata-kata itu ditujukan kepada Petrus, tetapi isinya dimaksud bagi siapa saya. Juga bagi kita. Satu hal lagi. Walaupun harfiahnya berisi celaan, nada kata-kata itu penuh perhatian sebagaimana layaknya seorang guru kepada muridnya. Ada bombongan: jangan bimbang, jadilah besar dalam iman!

Senin, 18 Juli 2011

MUTIARA of MOTHER TERESA

Makna Jumat Agung

Dalam bulan Maret

, banyak umat Kristiani (Kristen dan Katolik) mempersiapkan diri memasuki Jumat Agung pada tanggal 22 April 2011. Ada yang berpuasa, ada juga yang melakukan meditasi, maupun mendengarkan kotbah-kotbah yang bertemakan kesengsaraan dan kematian Kristus. Namun, apabila setiap umat kristiani berhenti sejenak dari perenungannya dan merefleksikan perenungannya, maka akan muncul sebuah pertanyaan, “Dimanakah letak keagungan hari Jumat Agung?”

Dalam budaya barat, untuk menyebut Jumat Agung digunakan istilah ”Good Friday.” Jika menilik pengertian kata “agung” yang berarti besar, mulia, luhur, dan kata “keagungan” yang berarti kemuliaan, kebesaran (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1990), rasanya sulit untuk melihat keagungan dalam Jumat Agung. Kesengsaraan, penderitaan, bahkan kematian yang dialami oleh Yesus, lebih memiliki konotasi sebagai sesuatu yang hina. Hukuman salib pada masa kekuasaan Romawi, merupakan suatu bentuk hukuman yang merendahkan harkat orang yang disalibkan. Hukuman salib biasa digunakan untuk menghukum mati mereka yang dikutuk. Nilai sebuah kesengsaraan dan hukuman salib “mengharuskan” ketiadaan keagungan dalam peristiwa Jumat Agung.

Namun demikian, Jumat Agung tetap menyimpan banyak hal yang menyatakan keagungan-Nya. Keagungan Jumat Agung harus dilihat dalam perspektif makna dan alasan Yesus Kristus mau menjalani semua hukuman tersebut dalam ketidak-berdosaan-Nya. Bahkan Raja Herodes dan Pontius Pilatus pun tidak dapat menemukan kesalahan dalam diri Yesus (Lukas 23:13-25). Yesus menjalani hukuman dan kesengsaraan, semata-mata untuk menebus dan menghapuskan dosa manusia, sehingga manusia dipersatukan dengan Tuhan. Seorang teolog bernama John Piper, dalam bukunya Fifty Reasons Why Jesus Came To Die, mengatakan, “If we criminals are to go free and be forgiven, there must be some dramatic demonstration that the honor of God is upheld even though former blasphemers are being set free. That is why Christ suffered and die.”

Di sisi lain, apa yang dilakukan Yesus melalui pengorbanan-Nya di atas kayu salib, meninggalkan suatu nilai dan teladan hidup memberi diri bagi orang lain. Kerelaan-Nya untuk memberi diri bagi manusia berdosa, menambah indahnya keagungan Jumat Agung. Dimulai ketika, Yesus yang adalah Allah rela merendahkan diri-Nya, mengambil rupa seorang hamba, menjadi manusia, sama seperti kita, kecuali dalam hal dosa, karena Yesus tidak berdosa. Semua itu Dia lakukan, bahkan sampai naik ke atas salib dan menjadi korban tebusan bagi manusia yang tidak sanggup untuk menyelamatkan dirinya sendiri. Inilah keagungan dalam Jumat Agung.
Akhirnya, alangkah indahnya bangsa Indonesia, apabila setiap orang dalam bangsa ini saling berbagi dalam hidup bermasyarakat sebagai suatu komunitas bukan individualistis. Alangkah indahnya juga, apabila para pejabat juga bisa berbagi kepada rakyat yang masih menanti janji para elite ketika kampanye, yang menyerukan kesejahteraan social bagi seluruh rakyat Indonesia.Dan begitu juga halnya dengan gereja. Bukankah indah, apabila gereja bisa bergerak sebagai satu kesatuan tubuh Kristus bukan bagian per bagian yang bergerak masing-masing demi kepentingan dan ambisi pribadi. Dan alangkah mulianya apabila setiap orang saling merendahkah diri dan memberi dirinya bagi sesama saudara seiman. Bukan hanya berkata-kata tetapi melakukannya secara nyata dalam kehidupan berjemaat, sehingga Tuhan Yesus dimuliakan dan ditinggikan.

Teladan agung yang diberikan oleh Tuhan Yesus, mengajak setiap umat kristiani untuk memaknai kembali pengertian Tubuh Kristus, jika satu anggota menderita, semua anggota turut menderita; jika satu anggota dihormati, semua anggota turut bersukacita (1 Korintus 12:26). Selamat menikmati keagungan Jumat Agung.

Novena Kanak-Kanak Yesus



(Pada waktu mendesak)

(Harus didoakan selama sembilan hari berturut-turut)

Yesus, Engkau bersabda, "Mintalah maka kamu akan menerimanya, carilah maka kamu akan menemukan, ketuklah maka pintu akan dibukakan bagimu". Dengan perantara Bunda Maria, BundaMu yang tersuci, aku mengetuk, aku mencari, aku memohon kabulkanlah doaku.

(Sebutkanlah permohonan anda.......)

Yesus, Engkau bersabda, "Semua yang kau mohon atas namaKu Bapa akan mengabulkanNya". Dengan perantara Bunda Maria, BundaMu yang tersuci, dengan rendah hati, dengan sangat aku memohon kepada BapaMu demi namaMu, kabulkanlah doaku.

(Sebutkanlah permohonan anda.......)

Yesus, Engkau bersabda, "surga dan bumi akan lenyap,tetapi sabdaKu tidak akan lenyap". Dengan perantara Bunda Maria, BundaMu yang suci, aku yakin bahwa doaku akan dikabulkan.

(Sebutkanlah permohonan anda.......).

Sejarah Devosi Kanak-Kanak Yesus



Senantiasa ada pada nenek saya sebuah patung Yesus sebagai seorang kanak-kanak berpakaian bagai seorang raja kecil dengan mahkota. Nenek bahkan memiliki beberapa jubah yang berbeda, yang berhias amat indah untuk-Nya. Mohon penjelasan mengenai hal ini.
~ seorang pembaca di Dale City

Dari gambaran seperti yang diberikan dalam pertanyaan di atas, patung yang dimaksud adalah patung Kanak-kanak Yesus dari Praha. Pertama-tama, devosi kepada Kanak-kanak Kudus Yesus merupakan suatu tradisi yang telah berabad-abad lamanya dalam spiritualitas Katolik.

Para Bapa Gereja awali, seperti St Atanasius dan St Hieronimus, berdevosi secara istimewa kepada Kanak-kanak Kudus Yesus. Beberapa para kudus besar sesudahnya, di antaranya St Bernardus dari Clairvaux, St Theresia dari Kanak-kanak Yesus (si Bunga Kecil), St Fransiskus Assisi, St Antonius Padua dan St Theresia Avila, berperan dalam mempopulerkan devosi kepada Kanak-kanak Kudus ini. (St Theresia Avila bepergian dengan membawa serta patung Kanak-kanak Kudus apabila ia mengunjungi biara-biara lain.) Sekitar tahun 1300-an, patung Kanak-kanak Kudus, yang biasanya dibuat dari lilin atau kayu, menjadi populer. Patut diingat bahwa meski Injil tidak memberikan banyak informasi mengenai masa kanak-kanak Tuhan kita, namun “Kehidupan yang tersembunyi di Nazaret memungkinkan setiap orang, supaya berada bersama Yesus dalam kegiatan sehari-hari” (Katekismus Gereja Katolik, No 533).

Devosi kepada Kanak-kanak Yesus dari Praha berasal dari pertengahan abad ke-15. Pada tahun 1556, Maria Manriquez de Lara dari Spanyol menikah dengan seorang bangsawan Ceko bernama Vratislav Perstyn. Maria membawa bersamanya patung Kanak-kanak Kudus (yang kelak dikenal sebagai patung Kanak-kanak Yesus dari Praha), tingginya sekitar 18 inchi. (Tradisi lain mengatakan bahwa patung ini berasal dari sebuah biara di Bohemia dan kemudian dimiliki oleh Dona Isabella Manriquez, yang memberikannya sebagai hadiah pernikahan kepada puterinya, Maria Manriquez, dan menantunya, Vratislav Perstyn). Pada tahun 1587, Maria memberikan patung ini sebagai hadiah pernikahan kepada anaknya, Puteri Polyxena Lobkowitz.

Sebelum membahas lebih lanjut, baiklah kita mengetahui suatu legenda saleh mengenai asal usul patung ini: Di sebelah selatan Spanyol, bangsa Moor menyerang sebuah biara Karmelit; hanya empat biarawan saja yang berhasil meloloskan diri. Seorang dari antara mereka, yang bernama Yosef, berdevosi secara istimewa kepada Kanak-kanak Kudus.

Suatu ketika, kala Yosef sedang bekerja di halaman, seorang kanak-kanak menampakkan diri kepada Yosef dan memintanya untuk berdoa bersama-Nya. Yosef mendaraskan “Salam Maria,” dan pada kata-kata, “terpujilah buah tubuhmu Yesus,” kanak-kanak itu berkata, “Itulah Aku.” Yosef mengerti bahwa ia telah melihat Kanak-kanak Kudus dan karenanya berusaha membuat gambaran-Nya.

Selama bertahun-tahun Yosef mencoba tanpa hasil yang berarti untuk membuat sebuah patung sesuai gambaran-Nya, hingga suatu hari Kanak-kanak Kudus menampakkan diri kembali. Yesus mengatakan, “Aku datang untuk memperlihatkan Diri-Ku kembali kepadamu, agar engkau dapat menyelesaikan patung sesuai gambaran-Ku.” Yosef segera mulai bekerja, dan ketika ia telah selesai, Kanak-kanak Kudus menghilang. Yosef teramat lelah hingga ia tertidur, dan tidak pernah bangun kembali dalam kehidupan ini. Kanak-kanak Kudus datang untuk membawa sahabat-Nya ke rumah surgawi-Nya. Sungguh merupakan suatu kisah yang indah.

Pada tahun 1628, Puteri Polyxena memberikan patung Kanak-kanak Kudus kepada Karmelit Tak Berkasut di Gereja Santa Perawan Maria Pemenang di Praha. Katanya,
“Kuberikan kepada kalian apa yang kuanggap paling berharga dari milikku. Simpanlah patung ini penuh hormat dan kalian akan berkecukupan.”

Pada tahun 1631, pasukan Swedia menyerbu Praha dan menghancurkan gereja-gereja Katolik. Para biarawan Karmelit terpaksa melarikan diri dari Gereja Santa Perawan Maria Pemenang. Bala tentara Swedia mencemarkan gereja, merobohkan altar, dan mencampakkan patung Kanak-kanak Kudus ke tumpukan puing-puing hingga mematahkan kedua tangan dan jari-jemarinya.

Pada tahun 1638, para biarawan Karmelit dapat kembali ke Praha, ke Gereja Santa Perawan Maria Pemenang. Walau melarat, mereka ingat akan pesan Puteri Polyxena. Imam Cyril menemukan patung Kanak-kanak Kudus terkubur dalam reruntuhan gereja. Ia membersihkannya dan lalu menempatkannya di ruang doa mereka agar mereka dapat menghormatinya.

Suatu hari, sementara Pater Cyril sedang berdoa di depan patung, ia mendengar Kanak-kanak Kudus Yesus berkata,
“Kasihanilah Aku, dan Aku akan mengasihani kalian. Berilah Aku tangan, dan Aku akan memberi kalian damai. Semakin kalian menghormati-Ku, semakin Aku memberkati kalian.”

P Cyril tahu bahwa ia harus mendapatkan suatu cara untuk memperbaiki kedua tangan patung Kanak-kanak Kudus, tetapi ia maupun saudara-saudara sebiaranya tak memiliki baik keahlian maupun uang untuk melakukannya. Sebab itu, Pater Cyril memohon bantuan Bunda Maria untuk datang menolong Putra Ilahinya. Sekali lagi, sementara Pater Cyril sedang berdoa di depan patung, Kanak-kanak Kudus berbicara kepadanya, “Tempatkanlah Aku dekat pintu masuk sakristi, maka kalian akan mendapatkan bantuan.” Pater Cyril segera melakukannya. Hanya beberapa hari sesudahnya, seorang laki-laki datang ke sakristi sesudah Misa untuk menawarkan bantuan. Sumbangannya dipergunakan untuk membayar biaya perbaikan patung. Selanjutnya, biara tidak pernah lagi berkekurangan.

Mukjizat-mukjizat mulai terjadi. (Mukjizat-mukjizat pertama dicatat dalam sebuah buku oleh P. Emerich, dipublikasikan di Jerman pada tahun 1736 dan di Ceko pada tahun 1749.) Bersama mukjizat, datanglah berbondong-bondong peziarah.

Pada tahun 1641, sebuah altar didirikan di tempat di mana patung dihormati, dan kemudian pada tahun 1644, sebuah kapel dibangun. Kaum bangsawan mulai mendukung devosi kepada Kanak-kanak Yesus dari Praha, termasuk di antaranya Raja Ferdinand (Austria-Hungaria), Raja Charles Gustav (Swedia) dan Bernard Ignatius (Bangsawan Martinic). Pada tanggal 14 Januari 1651, dalam acara prosesi patung secara istimewa dari Gereja Santa Perawan Maria Pemenang ke berbagai paroki lain, Bernard Ignatius mempersembahkan sebuah mahkota emas bertahtakan intan permata, yang kemudian ditempatkan di atas kepala patung.

Pada tahun 1648, Uskup Agung Praha secara resmi memberikan persetujuan atas devosi kepada Kanak-kanak Kudus Yesus di bawah gelar, “Kanak-kanak Yesus dari Praha”. Pada tanggal 4 April 1655, Uskup Agung Josef Corta, bertindak atas nama Kardinal Harrach III, dengan khidmad memasangkan mahkota di kepala dan bola berhiaskan salib di atasnya pada tangan patung Kanak-kanak Yesus dari Praha. Pada tahun 1741, patung ditempatkan di kapel lain, di mana gambar Bunda Maria dan St Yosef ada di sisi kanan dan kirinya, gambar Bapa Surgawi dan Roh Kudus ada di atasnya, yang kesemuanya itu menunjukkan keluarga manusia dan keluarga ilahi Yesus. Sekitar masa itu, pada patung juga mulai dikenakan jubah-jubah yang berhias amat indah.

Sejak saat itu, devosi kepada Kanak-kanak Yesus dari Praha juga terus meningkat, teristimewa di Italia, Spanyol dan negara-negara yang berhubungan dengan pemerintahan kolonial Spanyol. Devosi kanak - kanak Yesus ini mengilhami kita untuk merenungkan masa kanak-kanak dan martabat rajawi Tuhan kita. Kendati berbagai kekacauan dan perang, patung ini tetap terlindungi. Di samping itu, banyak mukjizat terjadi sehubungan dengan devosi ini.

Sebuah doa novena, yang didaraskan teristimewa mulai tanggal 17 hingga 25 Desember, berbunyi sebagai berikut,

“Yesus terkasih, Kanak-kanak Kudus dari Praha, betapa Engkau mengasihi kami dengan lemah lembut. Sukacita-Mu yang terbesar adalah tinggal di antara kami dan melimpahkan berkat-Mu atas kami. Meski aku tak pantas mendapatkan pertolongan-Mu, aku merasa terpikat kepada-Mu oleh kasih, sebab Engkau baik hati dan penuh belas kasihan.

Begitu banyak yang berpaling kepada-Mu dengan penuh kepercayaan telah menerima dan mendapati permohonan-permohonan mereka dikabulkan. Pandanglah aku sementara aku datang di hadapan-Mu, membuka hatiku kepada-Mu dengan doa-doa dan pengharapan. Aku haturkan kepada-Mu secara istimewa permohonan ini, yang aku percayakan kepada Hati-mu yang penuh belas kasih: (sebutkan permohonan).

Merajalah atasku, ya Kanak-kanak Yesus terkasih, dan lakukanlah kepadaku dan kepada milik kepunyaanku seturut kehendak-Mu yang kudus, sebab aku tahu bahwa dalam kebijaksanaan dan kasih ilahi-Mu, Engkau akan mengatur segala sesuatunya demi yang terbaik. Janganlah kiranya Engkau menarik tangan-Mu daripadaku, melainkan lindungilah dan berkatilah aku selamanya.

Aku berdoa kepada-Mu, ya Kanak-kanak Yesus yang mahakuasa dan pengasih, demi masa kanak-kanak-Mu yang kudus, dalam nama BundaMu Maria yang Tersuci, yang merawat-Mu dengan kelemah lembutan begitu rupa, dan dengan penghormatan mendalam kepada St Yosef yang menggendong-Mu dalam pelukannya, sudi tolonglah aku dalam kesulitanku. Ijinkanlah aku mengecap bahagia sejati bersama Engkau, ya Kanak-kanak Kudus terkasih, sekarang dan dalam keabadian, dan aku akan mengucap syukur kepada-Mu untuk selama-lamanya dengan segenap hatiku. Amin.”

Indulgensi sebagian diberikan kepada umat beriman yang dengan tekun ikut ambil bagian dalam praktek saleh novena bersama yang dilakukan menjelang Hari Raya Natal atau Hari Raya Pentakosta atau Hari Raya SP Maria Dikandung Tanpa Dosa (Pedoman Indulgensi, No 34).

Apakah Api Penyucian itu Ada?



Pada tanggal 17 September 2002, Paus Yohanes Paulus II memang menekankan pentingnya berdoa bagi jiwa-jiwa di api penyucian. Beliau mengatakan, “Bentuk belas kasih kepada sesama yang pertama dan terutama adalah kerinduan yang besar akan keselamatan kekal mereka…. Cinta kasih Kristiani tak mengenal batas serta melampaui batas-batas ruang dan waktu, sehingga memungkinkan kita untuk mengasihi mereka yang telah meninggalkan dunia ini.” Sebab itu, bukan hanya keyakinan akan api penyucian, melainkan juga kewajiban rohani untuk berdoa bagi jiwa-jiwa di api penyucian tetap merupakan bagian dari iman Katolik kita.

Bertentangan dengan apa yang diyakini secara salah oleh sebagian orang, Konstitusi Dogmatis tentang Gereja Konsili Vatikan II menegaskan, “Itulah iman yang layak kita hormati, pusaka para leluhur kita: iman akan persekutuan hidup dengan para saudara yang sudah mulai di sorga, atau sesudah meninggal masih mengalami pentahiran. Konsili suci ini penuh khidmat menerima iman itu, dan menyajikan lagi ketetapan-ketetapan Konsili-konsili suci Nicea II, Florensia dan Trente.” (no. 51)

Di samping itu, Katekismus Gereja Katolik dengan jelas menegaskan keyakinan Gereja akan api penyucian dan pemurnian jiwa sesudah kematian, “Siapa yang mati dalam rahmat dan dalam persahabatan dengan Allah, namun belum disucikan sepenuhnya, memang sudah pasti akan keselamatan abadinya, tetapi ia masih harus menjalankan satu penyucian untuk memperoleh kekudusan yang perlu, supaya dapat masuk ke dalam kegembiraan surga. Gereja menamakan penyucian akhir para terpilih, yang sangat berbeda dengan siksa para terkutuk, purgatorium [api penyucian]” (no. 1030-31).

Seperti dinyatakan dalam Vatikan II, Gereja secara konsisten percaya akan pemurnian jiwa sesudah kematian. Keyakinan ini berakar pada Perjanjian Lama. Baca selengkapnya tentang dasar api penyucian.

Tafsir rabiah atas Kitab Suci menegaskan keyakinan ini. Dalam Kitab Zakharia, Tuhan bersabda, “Aku akan menaruh yang sepertiga itu dalam api dan akan memurnikan mereka seperti orang memurnikan perak. Aku akan menguji mereka, seperti orang menguji emas.” Sekolah Rabi Shammai menafsirkan ayat ini sebagai pemurnian jiwa melalui belas kasihan dan kebaikan Tuhan, mempersiapkan jiwa untuk kehidupan kekal. Dalam Kitab Sirakh 7:33 tertulis, “orang mati pun jangan kau kecualikan pula dari kerelaanmu”, ditafsirkan sebagai memohon kepada Tuhan untuk membersihkan jiwa. Singkat kata, Perjanjian Lama dengan jelas menegaskan adanya semacam proses pemurnian bagi jiwa umat beriman setelah mereka meninggal dunia.

Perjanjian Baru hanya memiliki sedikit referensi mengenai penyucian jiwa atau bahkan mengenai surga. Perjanjian Baru lebih berfokus pada pewartaan Injil dan menanti kedatangan Kristus yang kedua kalinya, yang baru kemudian disadari oleh para penulis Kitab Suci dapat terjadi sesudah kematian mereka sendiri. Namun demikian, dalam Matius 12:32 pernyataan Yesus bahwa dosa-dosa tertentu “tidak akan diampuni, di dunia ini tidak, dan di dunia yang akan datang pun tidak,” sekurang-kurangnya menimbulkan gambaran akan adanya pemurnian jiwa sesudah kematian. Paus St Gregorius (wafat thn 604) menyatakan, “Untuk dosa-dosa tertentu yang lebih ringan, kita harus percaya bahwa, sebelum Pengadilan Terakhir, terdapat suatu api yang memurnikan.

Ia, yang adalah Kebenaran, bersabda bahwa barangsiapa mengucapkan sesuatu menentang Roh Kudus, ia tidak akan diampuni, di dunia ini tidak, dan di dunia yang akan datang pun tidak. Dari kalimat ini kita mengerti bahwa dosa-dosa tertentu dapat diampuni di dunia ini, tetapi dosa-dosa tertentu lainnya diampuni di dunia yang akan datang.” Demikian juga Konsili Lyon menegaskan tafsiran atas ajaran Kristus ini.

Gereja Perdana melestarikan keyakinan dalam mempersembahkan doa-doa demi pemurnian jiwa. Paus St Gregorius menyatakan, “Janganlah kita ragu-ragu menolong mereka yang telah meninggal dunia dengan mempersembahkan doa-doa kita bagi mereka.” St. Ambrosius (wafat thn 397) menyampaikan khotbahnya, “Kita mengasihi mereka semasa mereka hidup; janganlah kita mengabaikan mereka setelah mereka meninggal, hingga kita menghantar mereka melalui doa-doa kita ke dalam rumah Bapa.” Lagipula, Gereja telah berulangkali menegaskan keyakinan ini, seperti dinyatakan dalam Vatikan II.

Sebenarnya, kunci dari jawaban ini adalah memahami keindahan di balik doktrin api penyucian. Kita percaya bahwa Tuhan menganugerahkan kepada kita kehendak bebas agar kita dapat memilih antara yang benar dan yang salah, yang baik dan yang jahat. Kehendak bebas memungkinkan kita untuk menetapkan satu pilihan yang paling utama - yaitu mengasihi Tuhan. Tindakan dari kehendak bebas ini juga meminta pertanggungjawaban. Apabila kita memilih untuk tidak mengasihi Tuhan, dan dengan demikian berbuat dosa, kita bertanggung jawab atas dosa yang kita buat.

Tuhan dalam keadilan-Nya menuntut pertanggungjawaban kita atas dosa-dosa yang demikian. Tetapi, dalam kasih dan kerahiman-Nya, Tuhan menghendaki agar kita didamaikan kembali dengan Diri-Nya dan dengan sesama. Semasa kita hidup di dunia, jika kita sungguh mengasihi Tuhan, kita akan memeriksa batin kita, mengakui dosa-dosa kita, menyatakan sesal atasnya, mengakukan dosa-dosa kita itu, dan menerima absolusi atasnya dalam Sakramen Tobat. Kita melakukan penitensi dan penyangkalan diri lainnya guna memulihkan luka akibat dosa. Dengan berbuat demikian, kita akan terus-menerus mengatakan “ya” kepada Tuhan.

Jiwa kita bagaikan sebuah lensa - ketika kita berdosa, kita memburamkan lensa; lensa menjadi kotor dan kita kehilangan fokus kepada Tuhan dalam hidup kita. Melalui pengakuan dosa dan penitensi, Tuhan membersihkan “lensa” jiwa kita. Ketika kita meninggal dunia, jika kita meninggalkan dunia ini dalam ikatan kasih dengan Tuhan, meninggal dalam keadaan rahmat dan persahabatan dengan-Nya, serta bebas dari dosa berat, kita akan memperoleh keselamatan abadi dan menikmati kebahagiaan surgawi - kita akan melihat Tuhan dari muka ke muka. Jika kita meninggal dunia dengan dosa ringan, atau tanpa melakukan penitensi / silih yang cukup bagi dosa-dosa kita, Tuhan dalam kasih, kerahiman, dan keadilan-Nya akan memurnikan jiwa, “membersihkan lensa”. Setelah pemurnian, barulah jiwa akan dipersatukan dengan Tuhan di surga dan menikmati kebahagiaan surgawi.

Protestan mengalami kesulitan dengan doktrin api penyucian karena dua alasan utama: Pertama, ketika Martin Luther menerjemahkan Kitab Suci ke dalam bahasa Jerman pada tahun 1532, ia mengeluarkan tujuh Kitab dari Perjanjian Lama, termasuk kedua Kitab Makabe, di mana setidak-tidaknya pemurnian jiwa dinyatakan secara samar. Kedua, John Calvin mengajarkan bahwa kita telah kehilangan kehendak bebas kita karena dosa asal dan bahwa Tuhan telah menentukan sebelumnya apakah suatu jiwa akan diselamatkan atau dikutuk; karena itu, jika kita tak dapat memilih untuk berbuat dosa dan jika nasib abadi kita sudah ditentukan, siapakah yang membutuhkan api penyucian? Singkatnya, para pemimpin Protestan menolak ajaran Gereja Kristen yang sudah berabad-abad lamanya itu saat mereka menyangkal doktrin api penyucian.

Dalam “Crossing the Threshold of Hope” Paus Yohanes Paulus II menghubungkan “api kasih” Allah yang bernyala-nyala yang disebut-sebut oleh St. Yohanes dari Salib dengan doktrin api penyucian: “Api kasih yang bernyala-nyala” yang dibicarakan oleh St Yohanes, terutama sekali merupakan api yang memurnikan. Malam-malam gelap yang digambarkan oleh Doktor Gereja yang mengagumkan ini berdasarkan pengalaman pribadinya sendiri, serupa, dalam arti tertentu, dengan api penyucian. Tuhan membuat manusia melewati penyucian batin yang demikian dari hawa nafsu dan kodrat rohaninya guna membawanya ke dalam persatuan dengan Diri-Nya Sendiri. Di sini, kita tidak mendapati diri kita di hadapan suatu pengadilan belaka. Kita menghadirkan diri di hadapan kuasa kasih itu sendiri. Dan yang terutama, kasihlah yang menghakimi. Tuhan, yang adalah kasih, menghakimi lewat kasih. Kasihlah yang menuntut pemurnian, sebelum manusia menjadi siap untuk bersatu dengan Tuhan yang adalah panggilan dan kodratnya yang utama.”

Dasar Api Penyucian



Sering kali dipertanyakan kepada orang-orang katolik mengapa mereka berdoa bagi orang mati. Apakah praktek tersebut mempunyai dasar dalam Alkitab? Apakah api penyucian itu?

Berdoa bagi orang mati

Dalam 2 Mak 12:38 -45 diceritakan bagaimana para tentara Yahudi yang tewas dalam perang suci yang dipimpin oleh Yudas Makabe itu kedapatan memiliki jimat-jimat dari berhala kota Yamnia di bawah jubahnya. Hal ini bertentangan dengan hukum Taurat. Menurut kitab Makabe, dosa itulah yang menyebabkan kematian mereka. Maka dari rekan-rekan mereka berdoa bagi mereka “ semoga dosa yang telah dilakukan itu dihapus semuanya” (ayat 42).

Juga didalam kitab Sir 7 : 33 dikatakan “ hendaklah kemurahan hatimu meliputi semua orang yang hidup, tetapi orang matipun jangan kau kecualikan pula dari kemurahanmu”.

Hal itu menunjukkan kepercayaan bahwa sesudah mati pun dosa orang dapat diampuni berkat doa-doa dan kurban bagi mereka yang masih hidup. Jadi inilah dasar Alkitabiah dari praktek Gereja Katolik untuk mendoakan orang mati.

Paham Api Penyucian

Paham bahwa sesudah mati dosa-dosa seseorang masih mungkin diampuni tidak hanya disimpulkan dari 2 Mak 12 saja tetapi dari sabda Yesus ini “ Apabila seseorang mengucapkan sesuatu menentang Anak Manusia. Ia akan diampuni, tetapi jika ia menentang Roh Kudus, ia tidak akan diampuni, DI DUNIA INI TIDAK, dan DI DUNIA YANG AKAN DATANG pun tidak”(Matius 12 : 32).

Kesimpulan yang bisa kita tarik dari ayat ini ialah, kalau ada dosa tertentu yang tidak dapat di ampuni baik di dunia ini maupun di dunia yang akan datang, maka ada pula dosa- dosa lain yang bisa diampuni baik di dunia ini maupun di dunia yang akan datang. Kemudian bagaimana dosa-dosa itu diampuni kalau orang masuk surga, tentuny ia tidak lagi mempunyai dosa yang membutuhkan pengampunan. Di surga tidak mungkin ada dosa. Sebaliknya, kalau orang masuk neraka baginya tidak ada lagi kemungkinan untuk masuk surga

(bdk Luk 16 : 19 - 31) , jadi bagaimana mungkin ada dosa-dosa yang bisa diampuni sesudah orang mati sehingga keadaan mereka berubah? Karena keadaan orang yang masuk surga atau neraka sudah definitif (artinya sudah tidak bisa diubah lagi), maka Gereja Katolik berkeyakinan bahwa ada kemungkinan ketiga sesudah orang mati yakni “ api penyucian “.

Makna Rabu Abu



Rabu Abu adalah permulaan Masa Prapaskah, yaitu masa pertobatan, pemeriksaan batin dan berpantang guna mempersiapkan diri untuk Kebangkitan Kristus dan Penebusan dosa kita.

Mengapa pada Hari Rabu Abu kita harus menerima abu di kening kita? Kebiasaan ini sudah sejak lama dilakukan, bahkan berabad-abad sebelum Kristus. Untuk mengetahui kapan Rabu Abu mulai dilakukan, Anda bisa mengetahuinya dengan membaca Sejarah Rabu Abu.

Abu yang digunakan pada Hari Rabu Abu berasal dari daun-daun palma yang telah diberkati pada perayaan Minggu Palma tahun sebelumnya yang telah dibakar. Setelah Pembacaan Injil dan Homili abu diberkati. Abu yang telah diberkati oleh gereja menjadi benda sakramentali.

Dalam upacara kuno, orang-orang Kristen yang melakukan dosa berat diwajibkan untuk menyatakan tobat mereka di hadapan umum. Pada Hari Rabu Abu, Uskup memberkati kain kabung yang harus mereka kenakan selama empat puluh hari serta menaburi mereka dengan abu.

Kemudian sementara umat mendaraskan Tujuh Mazmur Tobat, orang-orang yang berdosa berat itu diusir dari gereja, sama seperti Adam yang diusir dari Taman Eden karena ketidaktaatannya. Mereka tidak diperkenankan masuk gereja sampai Hari Kamis Putih setelah mereka memperoleh rekonsiliasi dengan bertobat sungguh-sungguh selama empat puluh hari dan menerima Sakramen Pengakuan Dosa. Sesudah itu semua umat, baik umum maupun mereka yang baru saja memperoleh rekonsiliasi, bersama-sama mengikuti Misa untuk menerima abu.

Sekarang semua umat menerima abu pada Hari Rabu Abu, adalah sebagai tanda untuk mengingatkan kita untuk bertobat, tanda akan ketidakabadian dunia, dan tanda bahwa satu-satunya Keselamatan ialah dari Tuhan Allah kita.

sumber : Catholic Online Lenten Pages; www.catholic.org/lent/lent.html &
Ask A Franciscan; St. Anthony Messenger Magazine; www.americancatholic.org

Makna Kamis Putih Dalam Gereja Katolik



Dalam Kamis Putih kita diajak untuk merenungkan makna perjamuan malam terakhir yang diadakan oleh Yesus bersama para rasul.

Menurut tradisi Yahudi mencuci kaki adalah sebuah bentuk penghormatan seseorang terhadap orang yang dianggap mempunyai status atau jabatan lebih tinggi atau lebih terhormat. Murid membasuh kaki gurunya sebab menganggap guru mempunyai status yang lebih terhormat daripadanya.

Pada malam Kamis Putih Yesus mencuci kaki para murid. Jelas ini melawan adat, maka ditolak oleh Petrus. Dia yang adalah murid merasa tidak pantas dihormati gurunya sedemikian rupa. Tapi Yesus tidak mundur dengan penolakan Petrus, bahkan Dia mengancam kalau Petrus tidak mau maka dia tidak akan masuk dalam bagian komunitasnya. Aku yakin bahwa yang gelisah dan menolak bukan hanya Petrus melainkan semua murid dan mungkin juga Yudas. Apakah Yesus hanya mau mencari sensasi saja?

Yesus melakukan sebuah perbuatan pasti ada tujuannya. Tindakan mencuci kaki merupakan salah satu bentuk pengajaran bagi para murid. Ini adalah keteladanan mengenai penghormatan. Pada umumnya orang hanya menghormati orang yang dianggap mempunyai status atau kasta yang sederajat atau yang lebih tinggi. Penghormatan hanya berjalan dari bawah ke atas. Yesus sejak awal berusaha membuat sebuah hukum baru, yang berbeda dengan aturan yang berlaku pada umumnya di dunia ini. Dalam Kotbah di Bukit dengan jelas Yesus hendak membangun suatu komunitas yang berbeda dengan masyarakat yang sudah ada. Hal ini bukan sifat Yesus yang aneh-aneh melainkan Dia berusaha membangun sebuah komunitas sempurna.

Dunia mengajarkan penghormatan adalah hak orang yang lebih tinggi martabatnya. Orang yang mempunyai jabatan, kekayaan atau kekuasaan. Orang miskin dan marginal hanya wajib menghormati namun dia tidak mendapat penghormatan. Rakyat wajib menghormati presiden sebaliknya presiden tidak mempunyai kewajiban menghormati rakyatnya. Anak wajib menghormati orang tuanya, sebaliknya orang tua tidak mempunyai kewajiban yang sama. Bahkan tidak jarang orang yang dianggap punya kekuasaan tinggi, jabatan tinggi dan sebagainya dapat sewenang-wenang menindas orang yang dianggap lebih rendah. Penghormatan berlaku dari bawahan pada atasan.

Yesus membalik aturan dunia ini. Dia mengajarkan penghormatan dari atasan pada bawahan. Dari guru pada murid. Dari penguasa pada orang yang tidak berkuasa, dari orang terhormat pada para kaum proletar. Ini adalah pukulan penyadaran bagi para murid. Beberapa kali mereka memperdebatkan siapa yang terbesar diantara mereka, sebab dengan merasa terbesar mereka berhak mendapatkan penghormatan dari yang lainnya. Ini adalah suatu bentuk ketidakadilan dimana orang hanya menuntut penghormatan sebaliknya dia tidak mau menghormati sesamanya.

Semua manusia adalah citra Allah. Bermartabat sama. Namun tata dunia membuat aneka pembedaan. Dunia mengelompokan manusia dalam bermacam tingkatan. Pembagian ini berdasarkan kelahiran, jabatan, kekayaan dan sebagainya. Ada orang yang terlahir sebagai bangsawan, maka dia secara otomatis menempati sebuah posisi tertentu. Dia menjadi lebih unggul dibandingkan dengan orang lain. Pada jaman dulu budaya Jawa sangat ketat mempertahankan kebangsawanan.

Orang yang terlahir sebagai bangsawan tidak boleh bergaul dengan orang yang bukan bangsawan atau bangsawan yang lebih rendah. Apalagi mereka menikah dan sebagainya. Kisah kasih Pronocitro dan Roro Jogran mencerminkan adanya batasan itu. Dalam budaya Cina juga ada kisah Sam Pek dan Ing Tay yang mencerminkan hal yang sama. Namun sekarang gelar kebangsawanan tidak lagi mendampatkan penghormatan, maka orang berusaha mencari aneka gelar akademik, kekayaan dan jabatan untuk memperoleh penghormatan.

Orang sangat bangga bila di depan atau belakang namanya ada aneka gelar akademik atau aneka jabatan. Semua gelar ditulis rapi agar orang yang tidak punya gelar menghormatinya. Tata nilai dunia ini tidak adil, sebab kapankah Mbok Jah yang hanya berjualan sayuran eceran atau Laksmi yang hanya seorang pekerja seks kelas teri di stasiun atau Asep yang hanya anak jalanan akan dihormati oleh orang lain yang bergelar profesor, berjabatan sekwilda dan sebagainya? Mereka hanya akan diperlakukan sewenang-wenang, tidak dianggap manusia, padahal martabat Asep sama dengan Pak Banu yang berpangkat jendral. Keduanya adalah citra Allah.

Suatu hari aku dan teman-teman dari rumah singgah diundang seseorang yang berulang tahun di sebuah rumah makan mewah. Ketika kami datang, maka orang itu langsung mempersilahkan aku duduk di tempat yang sudah disediakan, sedangkan teman-temanku yang lain tidak dipedulikan. Hal ini terjadi karena aku adalah seorang imam dan teman-temanku adalah anak jalanan. Padahal martabatku sama dengan mereka. Inilah nilai dunia yang hendak diubah oleh Yesus.

Penghormatan kepada kaum bawahan hanya bisa dilakukan bila orang yang dianggap atasan berani melepaskan atribut pemberian duniawi yang menempel di dirinya. Yesus melepaskan jubahnya yang melambangkan statusNya sebagai guru. Dia mengambil posisi hamba. Ini adalah salah satu bentuk pengosongan diri. Yesus sadar bahwa Dia adalah Guru namun berani melepaskan lambang-lambang keguruan. Keguruan Yesus bukan terletak pada lambang jubah melainkan kewibawaannya dalam mengajar, teguh dalam prinsip, kearifan, kebijaksanaan, belas kasih dan sebagainya. Dengan demikian keguruan Yesus bukan dari apa yang ditempelkan oleh masyarakat melainkan apa yang ada dalam diriNya.

Maka dalam Kamis Putih kita diingatkan kembali akan semuanya itu oleh Yesus yang dengan tegas mengatakan bahwa Dia adalah Guru dan Tuhan mau melakukan pembasuhan kaki para murid.

Dari semuanya yang terpenting bagi kita sekarang adalah belajar "jangan membandingkan"

Doa Persembahan Kepada Hati Ibu Maria Yang Tak Bernoda



Perawan Fatima, Bunda yang penuh belas kasih, Ratu Surga dan Bumi, Perlindungan orang berdosa, kami yang bergabung dalam Gerakan Imam Maria, mempersembahkan diri secara khusus kepada Hatimu Yang Tak Bernoda.

Dengan Doa Persembahan ini, kami bermaksud untuk hidup bersamamu dan melalui dikau, melakukan kewajiban yang kami terima dari Janji Pembaptisan kami. Selanjutnya, kami berjanji untuk sungguh mengusahakan pertobatan batin yang amat dituntut oleh Injil, suatu pertobatan yang akan membebaskan kami dari setiap keterlibatan diri dan mudahnya berkompromi dengan dunia, hingga, seperti engkau, kami hanya bersedia melakukan kehendak Bapa.

Kepada mu, kami ingin memasrahkan hidup Kristiani dan panggilan kami, dengan demikian engkau dapat menggunakan diri kami, dalam rangka penyelamatan, pada saat-saat yang menentukan bagi dunia, sekarang ini. Kami berjanji akan hidup menurut yang engkau inginkan, terutama yang berkenaan dengan pembaharuan kehidupan doa dan silih kami, terlibat secara sungguh-sungguh dalam Perayaan Ekaristi dan kerasulan, berdoa rosario setiap hari dan sikap hidup yang cermat, sesuai dengan Injil, yang bagi semua orang merupakan penghayatan keutamaan Kristiani, terutama dalam hal kemurnian.

Kami berjanji kepadamu, untuk bersatu dengan Bapa Suci, tata pimpinan Gereja dan imam kami dan dengan demikian membangun benteng terhadap usaha penolakan akan wewenang mengajar, yang mengancam dasar Gereja yang paling hakiki.

Dibawah perlindunganmu, kami ingin menjadi rasul dalam kesatuan doa yang amat diperlukan ini dan demi cinta kepada Bapa Suci. Bagi beliau, kami memohonkan perlindungan yang khusus.

Akhirnya, kami berjanji untuk membawa sebanyak mungkin, jiwa yang kami jumpai dan kenal, supaya membaharui pengabdian kepadamu. Kami prihatin akan ateisme yang telah menyebabkan kehancuran iman sejumlah besar umat beriman, penodaan telah mencemari bait Allah yang suci, gelombang kejahatan dan dosa makin menyebar luas di seluruh dunia. Dengan penuh kepercayaan, kami berpaling kepadamu, ya Bunda Kristus, Tuhan dan Allah kami dan Bunda kami yang kuasa dan berbelas kasih. Pada hari ini, kami kembali memohon dan menanti darimu, penyelamatan bagi semua anakmu, ya Perawan Maria yang baik dan penuh kasih. Amin.

Dosa Kesombongan (19 Juli 2011)

Bacaan I Kel 14: 21-15:1
MT Kel 15:8-12.17
Bacaan Injil Mat 12:46-50

Dear Sahabat, salah satu dosa yang bisa membunuh jiwa adalah kesombongan. Manusia punya kecenderungan untuk menjadi sombong. Manusia cenderung pamer diri, pamer kekuasaan, pamer kekuatan. Tidak mau dicap bodoh dan salah. Apalagi jika seorang dalam posisi sebagai peguasa. Dan itu sangat nampak dalam kehidupan antara majikan dan buruh, pemerintah dan rakyat, antara atasan dan bawahan. Seorang yang sombong biasanya orang tersebut pasti tidak mau belajar dari orang lain, tidak mau mendengarkan nasihat orang, pasti paling benar dan yang lain salah. Maka yang terjadi adalah orang lain tidak simpatik, bersikap masa bodoh, dan kalau ini terjadi dalam institusi pemerintah atau perusahaan akan menyebabkan penolakkan dan pemberontakkan. Dalam Bacaan Pertama hari ini, digambarkan bagaimana Raja Mesir dan tentaranya dimusnakan oleh Allah. Mereka dimusnakan karena kesombongan mereka, yang merasa bahwa mereka mempunyai kekuatan yang hebat.

Sahabat, mari kita menjadi manusia rendah hati, yang mau mawas diri, menyadari diri dan mau belajar dari orang lain. Semakin rendah hati, maka semakin mulia orang tersebut dan sangat berharga di mata Allah.

Vivat Cor Iesu
Rm. F.A. Adi Purnama S, SCJ
18 Juli 2011

Minggu, 17 Juli 2011

Bacaan Harian 18-24 Juli 2011

Senin, 18 Juli Hari Biasa Pekan XVI (H).
Kel 14:5-18; MT Kel 15:1-6; Mat 12:38-42.
Tuhan memgharapakan agar kita bersikap lemah lembut kepada sesama. Kelemahlembutan kita bagai air yang menghancurkan karang dan meluluhkan hati yang keras. Sudahkah kita seperti yang diminta Tuhan pada setiap manusia?

Selasa, 19 Juli Hari Biasa Pekan XVI (H).
Kel 14:21 – 15:1; MT Kel 15:8-10.12.17; Mat 12:46-50.
Kita sering tidak sadar bila dalam diri sesama, Tuhan hadir. Kita sering menyebut bahwa kita takut Tuhan, namun kita jahat, kasar, dan kejam dengan sesama. Kita lupa bahwa dalam diri sesama Tuhan hadir. Dan kalau kita sungguh menyadari bahwa Tuhan hadir dalam diri sesama, maka pintu hati kita pun terbuka untuk memaafkan dan mengasihi.

Rabu, 20 Juli Hari Biasa Pekan XVI (H).
Kel 16:1-5.9-15; Mzm 78:18-19.23-28; Mat 13:1-9.
Kitab Keluaran hari ini mengingatkan kita dengan tegas untuk senantiasa hidup menurut hukum Tuhan, bukan menurut keinginan nafsu semata. Terkadang berlimpah kenikmatan ditaburkan ke atas kita, hendak menguji kita apakah kita tahu berterima kasih kepada Sang Pemberi hidup ini?

Kamis, 21 Juli Hari Biasa Pekan XVI (H).
Kel 19:1-2.9-11.16-20b; MT Dan 3:52-54.56; Mat 13:10-17.
Para murid-Nya mempertanyakan mengapa Yesus mengajar dalam bentuk perumpamaan. Ia lalu menjelaskan bahwa inilah jalan untuk mencapai orang-orang yang tidak dapat mengerti kata-kata-Nya. Apalagi tidak semua orang diberi karunia untuk memahami Kerajaan Surga.

Jumat, 22 Juli Peringatan Wajib Sta. Maria Magdalena (P). Kel 20:1-17; Mzm 19:8-11; Mat 13:18-23.
Kitab Kejadian menunjukkan bahwa Allah satu-satunya yang membawa kita keluar dari segala problem hidup kita. Tidak ada kekuatan lain yang ikut andil atas keluarnya bangsa Israel dari perbudakan, kecuali Tuhan yang berkuasa.

Sabtu, 23 Juli Hari Biasa Pekan XVI (H).
Kel 24:3-8; Mzm 50:1-2.5-6.14-15; Mat 13:24-30.
Kita sudah diikat dengan perjanjian dalam setiap Sakramen yang kita peroleh. Setiakah kita pada ikatan perjanjian itu? Kalau tidak, apakah yang menghambat kita untuk tidak setia?

Minggu, 24 Juli Hari Minggu Biasa XVII (H).
1Raj 3:5.7-12; Mzm 119:57.72.76-77.127-130; Rm 8:28-30; Mat 13:44-52 (Mat 13:44-46).
Orang yang berlaku jahat halalkan segala cara demi harta dan nikmat surgawi pada akhirnya akan dibuang seperti ikan yang tidak baik dibuang dari pukat. Itulah akhir hidup orang jahat di akhir zaman yang akan dicampakkan ke dapur api neraka. Karena itu, sebagai pengikut Kristus, carilah terlebih dahulu harta surgawi dan yang lainnya akan ditambahkan.

Renungan harian Senin, 18 Juli 2011

Senin, 18 Juli 2011
Hari Biasa Pekan XVI

Bunda Maria, Bundaku sayang, tengoklah aku. Bersama Yesus, berkatilah aku. (Beata Maria dari Yesus Tersalib)

Doa Pagi

Bapa, aku sering ragu-ragu akan penyertaan-Mu dalam kehidupan ini. Terbukti aku sering merasa sendirian dan semua yang aku lakukan merupakan hasil karyaku sendiri. Insafkanlah hatiku dan pada awal hari ini aku berani menyerahkan hidupku ke dalam kuasa kasih-Mu. Amin.

Antifon Pembuka

Janganlah takut! Tetaplah berdiri! Perhatikanlah keselamatan dari Tuhan. Tuhan akan berperang untuk kalian, dan kalian tinggal diam saja.

Raja Mesir dan pasukannya mengejar orang Israel. Dengan perantaraan Musa, Tuhan menunjukkan keperkasaan-Nya dan tetap menuntun umat-Nya.

Pembacaan dari Kitab Keluaran (14:5-18)

"Mereka akan insaf bahwa Aku ini Tuhan, apabila Aku menampakkan kemuliaan-Ku terhadap Firaun."

Waktu diberitahukan kepada raja Mesir, bahwa bangsa Israel telah lari, maka berubahlah hati Firaun dan pegawai-pegawainya terhadap bangsa Israel itu. Mereka berkata, “Apakah yang telah kita perbuat ini? Mengapa telah kita biarkan orang Israel pergi dari perbudakan kita?” Kemudian Firaun memasang keretanya dan membawa serta rakyatnya. Ia membawa enam ratus kereta yang terpilih, ya segala kereta Mesir, masing-masing lengkap dengan perwiranya. Demikianlah Tuhan mengeraskan hati Firaun, raja Mesir itu, sehingga ia mengejar orang Israel. Tetapi orang Israel berjalan terus dipimpin oleh tangan yang perkasa. Adapun orang Mesir, dengan segala kuda dan kereta Firaun, dengan orang-orang berkuda dan pasukannya, mengejar mereka, dan mencapai mereka pada waktu mereka berkemah di tepi laut, dekat Pi-Hahirot di depan Baal-Zefon. Ketika Firaun telah dekat, orang Israel menoleh; maka tampaklah orang Mesir bergerak menyusul mereka. Lalu sangat ketakutanlah orang Israel; mereka berseru-seru kepada Tuhan, dan mereka berkata kepada Musa, “Apakah di Mesir tidak ada kuburan, maka engkau membawa kami untuk mati di padang gurun ini? Maksudmu apa membawa kami keluar dari Mesir? Bukankah telah kami katakan di Mesir, janganlah mengganggu kami dan biarlah kami bekerja pada orang Mesir. Sebab lebih baik bagi kami bekerja bagi orang Mesir daripada mati di padang gurun!” Tetapi Musa berkata kepada bangsa itu, “Janganlah takut! Tetaplah berdiri, dan perhatikanlah keselamatan dari Tuhan yang hari ini juga akan diberikan-Nya kepada kalian. Sebab orang Mesir yang kalian lihat hari ini takkan kalian lihat lagi untuk selama-lamanya. Tuhan akan berperang untuk kalian, dan kalian tinggal diam saja.” Lalu Tuhan bersabda kepada Musa, “Mengapa engkau berseru-seru demikian kepada-Ku? Katakanlah kepada orang Israel, supaya mereka berangkat. Dan engkau, angkatlah tongkatmu ulurkanlah tanganmu ke atas laut dan belahlah airnya, sehingga orang Israel dapat masuk ke tengah-tengah laut dan berjalan di tanah yang kering. Tetapi sementara itu Aku akan menegarkan hati orang Mesir, sehingga mereka menyusul orang Israel. Dan terhadap Firaun serta seluruh pasukannya, kereta dan orang-orangnya yang berkuda, Aku akan menyatakan kemuliaan-Ku. Maka orang Mesir akan insyaf, bahwa Aku ini Tuhan, apabila Aku menampakkan kemuliaan-Ku terhadap Firaun, keretanya dan orang-orangnya yang berkuda.”

Mazmur Tanggapan
Ref. Baiklah aku menyanyi bagi Tuhan, sebab Ia tinggi luhur.
Ayat. (Kel 15:1-2.3-4.5-6)
1. Baiklah aku menyanyi bagi Tuhan, sebab Ia tinggi luhur. Kuda dan penunggangnya dilemparkan-Nya ke dalam laut. Tuhan itu kekuatan dan mazmurku, Ia telah menjadi keselamatanku. Dia Allahku, kupuji Dia; Dialah Bapaku, kuluhurkan Dia.
2. Tuhan itu pahlawan perang; Tuhan, itulah nama-Nya! Kereta Firaun dan pasukannya dibuang-Nya ke dalam laut, para perwira pilihannya dibenamkan ke dalam Laut Teberau.
3. Samudera raya menutupi mereka; ke air yang dalam mereka tenggelam seperti batu. Tangan kanan-Mu, ya Tuhan, mulia karena kekuasaan-Mu, tangan kanan-Mu, ya Tuhan, menghancurkan musuh.

Bait Pengantar Injil
Ref. Alleluya
Ayat. Hari ini janganlah bertegar hati, tetapi dengarkanlah suara Tuhan.

Orang-orang Ninive bertobat karena pewartaan nabi Yunus. Yesus mengecam ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi karena tidak mau bertobat.

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Matius (12:38-42)

"Pada waktu penghakiman, ratu dari selatan akan bangkit bersama angkatan ini."

Sekali peristiwa beberapa ahli Taurat dan orang Farisi berkata kepada Yesus, “Guru, kami ingin melihat suatu tanda dari pada-Mu.” Jawab Yesus kepada mereka, “Angkatan yang jahat dan tidak setia ini menuntut suatu tanda. Tetapi kepada mereka tidak akan diberikan tanda selain tanda Nabi Yunus. Sebab seperti Yunus tinggal di dalam perut ikan tiga hari tiga malam, demikian pula Anak Manusia akan tinggal di dalam rahim bumi tiga hari tiga malam. Pada waktu penghakiman orang-orang Niniwe akan bangkit bersama angkatan ini dan menghukumnya juga. Sebab orang-orang Niniwe bertobat setelah mendengar pemberitaan Yunus; dan sungguh, yang ada di sini lebih daripada Yunus! Pada waktu penghakiman ratu dari Selatan akan bangkit bersama angkatan ini dan ia akan menghukumnya juga. Sebab ratu itu datang dari ujung bumi untuk mendengar hikmat Salomo, dan sungguh, yang ada di sini lebih daripada Salomo!”
Demikianlah Injil Tuhan
U. Terpujilah Kristus.

Renungan

Ada banyak alasan untuk bertobat. Namun, tidak sedikit orang sengaja membutakan diri atau menulikan diri untuk dapat menunda pertobatan. Mereka menyangka dengan melakukannya, ia sanggup mempertahankan kesenangan dan berkelit dari penghukuman. Bertobatlah saat ini juga dan Anda akan tahu betapa banyak tanda dari Tuhan.

Doa Malam

Tuhan Yesus, sering aku menuntut agar semua kebutuhan Engkau penuhi. Semoga pengalaman Nabi Yunus membuka mata hatiku untuk semakin percaya akan karya-Mu dalam hidup ini. Engkaulah Juruselamat kami, kini dan sepanjang masa. Amin.


RUAH

Renungan Harian 17 juli 2011 Minggu Biasa XVI - Keb 12:13.16-19; Rm 8:26-27; Mat 13:24-43

"Biarkanlah keduanya tumbuh bersama sampai waktu menuai"

Mg Biasa XVI: Keb 12:13.16-19; Rm 8:26-27; Mat 13:24-43

Manusia diciptakan oleh Allah bekerja sama dengan suami-isteri/laki-laki dan perempuan yang saling mengasihi dalam kebebasan; dengan kata lain diciptakan dalam cintakasih dan kebebasan, dan Allah juga menganugerahkan kebebasan sepenuhnya bagi manusia untuk tumbuh dan berkembang. Pada awal hidupnya, ketika sperma dan telor bersatu, manusia sungguh kecil sekali dan dalam waktu kurang lebih sembilan bulan ia telah tumbuh berkembang seberat lebih dari 3 (tiga) kilogram, ketika dilahirkan dari rahim ibu. Allah lah yang menganugerahi pertumbuhan dan perkembangan, sedang tugas manusia selanjutnya adalah 'menyiram' alias merawatnya. Memang dalam perawatan atau perjalanan hidup manusia selama di dunia, setelah lahir dari rahim ibu, menghadapi aneka godaan, masalah dan tantangan; dan dalam kebebasan pula manusia menanggapinya. Memang ada yang menyalahkan gunakan kebebasan yang dianugerahkan oleh Allah dengan seenaknya, tetapi ada yang menggunakan kebebasan sesuai dengan kehendak Allah, maka ada yang tumbuh berkembang menjadi pribadi baik dan berbudi pekerti luhur dan ada yang tumbuh berkembang menjadi tidak baik dan tak bermoral. Maka marilah sesuai dengan perumpamaan yang disampaikan oleh Yesus hari ini kita mawas diri: apakah kita termasuk 'benih gandum' yang bertumbuh berkembang menjadi baik atau tidak baik?

" Biarkanlah keduanya tumbuh bersama sampai waktu menuai. Pada waktu itu aku akan berkata kepada para penuai: Kumpulkanlah dahulu lalang itu dan ikatlah berberkas-berkas untuk dibakar; kemudian kumpulkanlah gandum itu ke dalam lumbungku."(Mat 13:30)

Menjadi 'benih gandum' yang tumbuh berkembang menjadi baik serta menghasilkan buah sebagaimana diharapkan dan dikehendaki oleh Tuhan antara lain berarti rajin berkumpul dengan saudara-saudarinya, lebih-lebih dengan saudara-saudari seiman atau seagama untuk 'bercuhat', saling berbagi pengalaman hidup beriman. Secara konkret secara pribadi tidak melupakan doa atau ibadat harian, sering membaca Kitab Suci serta merenungkannya, berpartisipasi dalam aneka kegiatan bersama paguyuban umat beriman, misalnya ibadat sabda atau perayaan ekaristi. Sedangkan secara bersama-sama mewujudkan diri sebagai kebersamaan yang sehati dan sebudi, antara lain saling berbagi harta kekayaan, sehingga tidak ada lagi yang menderita atau berkekurangan.

Mungkinkah kita bagaikan 'benih lalang' yang ditaburkan orang jahat, artinya begitu dilahirkan dari rahim ibu kita hidup dan dibesarkan di lingkungan orang-orang jahat, yang tak bermoral? Dari pengalaman saya pribadi pernah bertemu dengan orang yang kelahirannya tidak dikehendaki oleh orangtuanya, misalnya akibat dari pergaulan bebas muda-mudi atau mahasiswa-mahasiswi. Karena pergaulan seks bebas maka sang gadis hamil dan sang pacarnya langsung meninggalkan. Begitu gadis hamil juga sering dibenci oleh orangtuanya, dan ketika sang gadis melahirkan anaknya pun mengalami kesulitan untuk membesarkannya, sehingga untuk mencukupi kebutuhan hidupnya sendiri beserta anaknya ia terpaksa 'menjual diri' alias melacur. Kami yakin anak yang demikian pasti akan tumbuh berkembang menjadi pribadi yang tidak baik. Maka dengan ini kami berharap rekan-rekan muda-mudi, pelajar atau mahasiswa tidak terjebak ke dalam pergaulan seks bebas.

Yesus juga menggambarkan kebersamaan hidup menggereja atau beriman kepadaNya atau Kerajaan Allah bagaikan biji sesawi atau ragi; kecil namun fungsional menyelamatkan seluruh lingkungan hidupnya. Maka kami berharap kepada kita semua yang beriman kepada Yesus untuk dapat menjadi tempat berlindung bagi siapapun yang membutuhkan bantuan atau menghadirkan diri sedemikian rupa sehingga lingkungan hidup yang kudatangi menjadi semakin enak dan nikmat untuk ditempati, karena menarik, memikat dan mempesona bagi siapapun. Sebagai orang yang beriman kepada Yesus kita dipanggil untuk menghayati iman kita dalam hidup sehari-hari, sehingga cara hidup dan cara bertindak kita dimanapun dan kapanpun bersifat missioner, dapat menjadi pewarta baik serta fungsional menyelamatkan lingkungan hidup.

Cara Yesus menyampaikan pengajaran kiranya dapat menjadi contoh atau teladan bagi para pewarta kabar gembira: katekis atau pengkotbah. Ia menggunakan apa yang ada dan hidup di tengah masyarakat, apa yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari untuk menjelaskan atau menyampaikan isi ajaranNya. Orang bijak atau pandai sejati adalah orang yang mampu membuat yang sulit dan berbelit-belit dapat dimengerti oleh semua orang, dengan kata lain membuat yang sulit menjadi sederhana; sebaliknya orang yang membuat apa yang sederhana menjadi sulit dan berbelit-belit adalah orang bodoh.

"Roh membantu kita dalam kelemahan kita; sebab kita tidak tahu, bagaimana sebenarnya harus berdoa; tetapi Roh sendiri berdoa untuk kita kepada Allah dengan keluhan-keluhan yang tidak terucapkan. "(Rm 8:26)

Kita kiranya tidak tahu persis proses pertambahan ukuran benih tanaman yang terus bertumbuh setiap hari, kita tidak tahu persis berapa berat bayi yang masih ada di dalam kandungan selama lima bulan, kita tahu tahu persis bagaimana ragi merasuki seluruh makanan, dst… Yang mudah kita ketahui adalah hasilnya. Begitulah yang terjadi dengan doa-doa kita. Kebanyakan dari kita kiranya kurang tahu berdoa dengan benar dan baik; membaca teks doa oke dan baik, tetapi apakah ia sungguh berdoa layak dipertanyakan. Doa yang benar dan baik hemat saya bukan panjangnya kata-kata atau gerak-gerik anggota tubuh, melainkan hati yang terarah sepenuhnya kepada Allah/Yang Ilahi, itulah hemat saya arti dari "Roh sendiri berdoa untuk kita kepada Allah dengan keluhan-keluhan yang tidak terucapkan".

Marilah kita buka hati kita terhadap bisikan atau sentuhan Roh. Hidup doa adalah masalah hati, perjumpaan hatiku dengan Hati Allah, sehingga hatiku dikuasai oleh Allah dan dengan demikian kita hidup dan bertindak sesuai dorongan atau bisikan RohNya, dan tidak mengikuti kemauan atau keinginan pribadi. Maka salah satu ujud doa yang baik adalah permohonan rahmat Allah, yang kita butuhkan agar kita dapat hidup dan bertindak sesuai dengan kehendak Allah. Dengan kata lain jika kita mohon keselamatan jiwa kita sendiri maupun orang lain, yakinlah bahwa permohonan kita pasti dikabulkan.

Pengabulan doa butuh kerjasama kita sebagai manusia yang lemah dan rapuh ini. Jika kita mohon keselamatan jiwa maka semua usaha, kerja dan pelayanan kita memiliki tujuan utama keselamatan jiwa manusia, bukan harta benda atau uang. Dalam mohon keselamatan jiwa, marilah kita imani apa yang dikatakan oleh penulis Kitab Kebijaksanaan ini:" Memang kekuatan hanya Kauperlihatkan pabila orang tak percaya akan kepenuhan kekuasaan-Mu, dan Kaupermalukan keberanian orang yang mengetahui kekuasaan-Mu itu. Tetapi Engkau, Penguasa yang kuat, mengadili dengan belas kasihan, dan dengan sangat hati-hati memperlakukan kami. Sebab kalau mau Engkau dapat juga" (Keb 12:17-18). Kita tidak mungkin mengetahui kuasa Allah sepenuhnya, karena Ia adalah Maha Kuasa, maka juga tak mungkin kita memaksa Allah untuk mengabulkan permohonan atau dambaan kita, apalagi yang menjadi permohonan atau dambaan kita bukan keselamatan jiwa manusia. Namun jika kita mohon keselamatan jiwa manusia, sekali lagi percayalah pasti akan dikabulkan, karena Ia Maha Kuasa.

"Sebab Engkau, ya Tuhan, baik dan suka mengampuni dan berlimpah kasih setia bagi semua orang yang berseru kepada-Mu. Pasanglah telinga kepada doaku, ya TUHAN, dan perhatikanlah suara permohonanku. Segala bangsa yang Kaujadikan akan datang sujud menyembah di hadapan-Mu, ya Tuhan, dan akan memuliakan nama-Mu. Sebab Engkau besar dan melakukan keajaiban-keajaiban; Engkau sendiri saja Allah"

(Mzm 86:5-6.9-10)

Jumat, 15 Juli 2011

Renungan harian 15 Juli 2011-Yang Ku­­kehendaki ialah belas kasihan



Jumat, 15 Juli 2011
Pekan Biasa XV
Pw St. Bonaventura, UskPujG. (P);
St. Yakobus dr Nisiba



Kel 11:10-12:14,
Mzm 116:12-13,15-16bc,17-18,
Mat 12:1-8
Bacaan Injil : Mat. 12:1–8

Pada waktu itu, pada hari Sabat, Yesus berjalan di ladang gandum. Karena la­par, murid-murid-Nya memetik bulir gan­dum dan memakannya. Melihat itu, ber­ka­talah orang-orang Farisi kepada-Nya: ”Lihatlah, murid-murid-Mu berbuat sesuatu yang tidak di­per­bolehkan pada hari Sabat.”

Tetapi jawab Yesus kepada mereka: ”Tidak­kah kamu baca apa yang dilakukan Daud, ketika ia dan mere­ka yang mengikutinya lapar, bagaimana ia masuk ke dalam Rumah Allah dan bagaimana mereka makan roti sajian yang tidak boleh dimakan, baik olehnya maupun oleh mereka yang meng­ikutinya, kecuali oleh imam-imam? Atau tidakkah kamu baca dalam kitab Taurat, bahwa pada hari-hari Sabat, imam-imam me­­lang­gar hukum Sabat di dalam Bait Allah, na­mun tidak ber­salah? Aku berkata kepada­mu: Di sini ada yang melebihi Bait Allah. Jika me­­mang ka­mu mengerti maksud firman ini: Yang Ku­­kehendaki ialah belas kasihan dan bukan per­sembahan, tentu kamu tidak meng­h­ukum orang yang tidak bersalah. Karena Anak Manu­sia adalah Tuhan atas hari Sabat.”

Renungan
Peraturan-peraturan atau hukum-hukum dalam agama merupakan petunjuk pelaksana yang bertujuan membantu umat agar dapat lebih mudah mengungkapkan dan mewujudkan imannya dalam sikap, doa, dan perbuatan. Namun, terkadang peraturan dan hukum itu bergeser menjadi semacam penentu baik buruknya hidup keagamaan seseorang dan bahkan penentu atas dosa dan pahala.

Jika orang melakukan peraturan itu, ia merasa akan mendapat pahala nantinya, tetapi jika ia melanggar atau tidak melaksanakannya berarti ia berdosa dan risikonya mengalami penderitaan di neraka. Anggapan ini membuat hidup beragama menjadi melenceng dari yang sesungguhnya. Ibadat doa hanya menjadi pemenuhan hukum agama saja. Itulah yang dihayati orang-orang Farisi. Mereka menilai baik buruknya orang dengan ukuran pelaksanaan hukum saja. Hukum tidak dilihat sebagai sebuah sarana yang membantu orang beriman mengungkapkan dan mewujudkan iman kepercayaannya.

Jawaban Yesus dalam Injil hari ini selain bertujuan mengkritik kepicikan orang Farisi, juga mau meluruskan dan memperluas padangan tentang hukum hari Sabat. Contoh yang dikatakan Yesus memperlihatkan bahwa hukum bertujuan membantu manusia menyadari bahwa kekuasaan Tuhan jauh melebihi kekuasaan hukum.

Doa: Ya Tuhan, jadikanlah aku pelayan umat-Mu yang mengutamakan hukum cinta kasih dalam membangun hidup bersama karena hukum-Mu adalah hukum yang menyelamatkan. Jangan biarkan aku jatuh menjadi hakim yang selalu mencari kesalahan orang lain. Amin.

sumber :Ziarah Batin 2011

Senin, 11 Juli 2011

Kuasa Doa Satu Salam Maria



Maria menerima Kabar Gembira dari Malaikat Gabriel
Salam Maria, penuh rahmat, Tuhan sertamu,
terpujilah engkau di antara wanita, dan terpujilah buah tubuhmu, Yesus.

Santa Maria, Bunda Allah, doakanlah kami yang berdosa ini,
sekarang dan waktu kami mati. Amin.


Jutaan umat Katolik biasa mendaraskan Salam Maria. Sebagian mendaraskannya dengan begitu cepat, bahkan tanpa memikirkan kata-kata yang mereka ucapkan. Pernyataan-pernyataan berikut ini semoga dapat membantu kita mendaraskannya dengan lebih khusuk.

Satu Salam Maria yang didaraskan dengan baik memenuhi hati Bunda Maria dengan sukacita dan memperolehkan bagi diri kita sendiri rahmat-rahmat luar biasa yang tak terkatakan, yang ingin dilimpahkan Bunda Maria kepada kita. Satu Salam Maria yang didaraskan dengan baik memperolehkan bagi kita jauh lebih banyak rahmat daripada seribu Salam Maria yang didaraskan secara asal.

Doa Salam Maria bagaikan suatu tambang emas di mana kita senantiasa dapat menggali darinya tanpa ia pernah menjadi habis. Sulitkah mendaraskan Salam Maria dengan baik? Yang kita perlukan hanyalah belajar memahami nilai dan artinya.

St. Hieronimus mengatakan bahwa “kebenaran yang terkandung dalam Salam Maria begitu agung dan luhur, begitu mengagumkan, hingga tak ada manusia atau pun malaikat yang dapat memahami sepenuhnya.”

St. Thomas Aquinas, Pujangga Gereja yang terkemuka, 'yang paling bijaksana di antara para kudus dan yang paling kudus di antara para bijaksana', seperti dinyatakan oleh Paus Leo XIII, berkhotbah selama 40 hari lamanya di Roma hanya tentang Salam Maria, membuat para pendengarnya terpesona serta penuh sukacita.

Pastor F. Suarez, seorang imam Yesuit yang terpelajar dan kudus, ketika sedang menghadapi ajal menyatakan bahwa dengan senang hati ia akan menyerahkan seluruh dari banyak buku berbobot yang ia tulis, juga seluruh karya sepanjang hidupnya, demi mendapatkan ganjaran dan jasa dari satu doa Salam Maria yang didaraskan dengan khusuk dan tulus.

St. Mechtilda, yang sangat mengasihi Bunda Maria, suatu hari sedang berusaha keras untuk menggubah sebuah doa yang indah untuk menghormati Bunda Maria. Bunda Maria menampakkan diri kepadanya, dengan tulisan emas di dadanya: “Salam Maria penuh rahmat.” Santa Perawan berkata kepadanya, “Berhentilah, anakku terkasih, dari usahamu itu, oleh sebab tidaklah mungkin engkau dapat menggubah suatu doa yang dapat memberiku sukacita dan kebahagiaan seperti Salam Maria.”

Seorang pria memperoleh sukacita luar biasa dengan mendaraskan Salam Maria secara perlahan-lahan. Santa Perawan menampakkan diri kepadanya dengan tersenyum dan mengatakan kepadanya hari serta jam bilamana ia akan meninggal, serta memperolehkan baginya kematian yang paling kudus dan bahagia. Setelah kematiannya, sekuntum bunga bakung putih yang indah tumbuh dari mulutnya. Pada daun-daun bunganya tertulis “Salam Maria”.

Cesarius menceritakan kisah serupa. Seorang biarawan yang rendah hati dan kudus tinggal di sebuah biara. Daya tangkap dan daya ingatnya begitu lemah hingga ia hanya dapat menghafalkan satu doa saja, yaitu “Salam Maria”. Setelah kematiannya, sebatang pohon tumbuh di atas kuburnya dan pada semua daun-daunnya tertulis: “Salam Maria”.

Kisah-kisah indah berikut ini menunjukkan kepada kita betapa tinggi nilai devosi kepada Bunda Maria dan betapa besar kuasa doa Salam Maria yang didaraskan dengan khusuk.

Setiap kali kita mengucapkan Salam Maria, kita mengulangi kata-kata yang sama yang diucapkan Malaikat Agung St. Gabriel pada waktu menyampaikan salam kepada Maria pada Hari Kabar Sukacita, yaitu ketika ia menjadi Bunda Putra Allah.

Begitu banyak rahmat dan sukacita yang memenuhi jiwa Maria saat itu.

Sekarang, pada saat kita mendaraskan Salam Maria, kita mempersembahkan sekali lagi segala rahmat dan sukacita tersebut kepada Bunda Maria dan ia menerimanya dengan bahagia yang mendalam.

Sebagai balasnya, ia membagikan sukacitanya itu kepada kita.

Suatu ketika, Yesus meminta St. Fransiskus Asisi untuk memberi-Nya sesuatu. Orang kudus itu menjawab, “Tuhan terkasih, aku tak dapat memberi-Mu apa-apa lagi, sebab aku telah memberikan segalanya untuk-Mu, yaitu segenap cintaku.”

Yesus tersenyum dan berkata, “Fransiskus, berikan pada-Ku segenap cintamu itu lagi dan lagi, setiap kali, cintamu itu mendatangkan kesukaan yang sama bagi-Ku.”

Demikian juga dengan Bunda kita terkasih. Setiap kali kita mendaraskan Salam Maria, Bunda Maria menerima dari kita segala sukacita dan kebahagiaan yang sama seperti yang ia terima dari perkataan St. Gabriel.

Allah yang Mahakuasa telah menganugerahkan kepada Bunda-Nya yang Terberkati segala kemuliaan, keagungan, dan kekudusan yang diperlukan untuk menjadikannya Bunda-Nya Sendiri yang paling sempurna.

Namun demikian, Ia juga menganugerahkan kepada Bunda-Nya segala pesona, cinta, kelemah-lembutan serta kasih sayang yang diperlukan untuk menjadikannya Bunda kita yang paling terkasih. Bunda Maria adalah sungguh-sungguh dan benar-benar Bunda kita.

Seperti anak-anak lari kepada ibunya ketika menghadapi bahaya untuk minta perlindungan, demikian juga patutlah kita lari segera dengan keyakinan tak terbatas kepada Maria.

St. Bernardus dan banyak para kudus lainnya mengatakan bahwa tak pernah sekali pun terdengar pernah terjadi di suatu waktu atau pun tempat bahwa Bunda Maria menolak mendengarkan doa anak-anaknya yang di bumi.

Mengapakah kita tidak menyadari kebenaran yang sangat menghibur hati kita ini? Mengapakah kita menolak cinta dan penghiburan yang ditawarkan oleh Bunda Allah yang Manis kepada kita?

Adakah sikap acuh kita yang mengerikan, yang menjauhkan kita dari pertolongan dan penghiburan yang sedemikian itu?

Mengasihi dan mengandalkan Maria berarti berbahagia di dunia sekarang ini dan berbahagia kelak di Surga.

Dr. Hugh Lammer adalah seorang Protestan fanatik, dengan prasangka-prasangka kuat menentang Gereja Katolik. Suatu hari ia menemukan suatu penjelasan tentang Salam Maria dan membacanya. Ia begitu terpesona olehnya hingga mulai mendaraskannya setiap hari. Tanpa disadarinya, segala antipati dan kebenciannya terhadap Gereja Katolik mulai lenyap. Ia menjadi seorang Katolik, seorang imam yang kudus dan profesor Teologi Katolik di Breslau.

Seorang imam diminta datang ke sisi pembaringan seorang yang sedang menghadapi ajal dalam keputusasaan oleh karena dosa-dosanya. Namun demikian, orang itu bersikukuh menolak mengakukan dosa-dosanya. Sebagai usahanya yang terakhir, imam meminta si sakit agar setidak-tidaknya ia mendaraskan Salam Maria. Sesudah mendoakan Salam Maria, pria malang itu mengakukan dosanya dengan tulus dan meninggal dengan kudus.

Di Inggris, seorang imam paroki diminta untuk pergi menemui seorang wanita Protestan yang sedang sakit parah dan rindu menjadi seorang Katolik. Ketika ditanya apakah ia pernah pergi ke Gereja Katolik, atau apakah ia pernah belajar dari umat Katolik, atau apakah ia membaca buku-buku Katolik, ia menjawab, “Tidak, tidak pernah.” Sejauh yang dapat diingatnya ialah - ketika masih kanak-kanak - ia belajar dari seorang gadis kecil tetangga yang Katolik doa Salam Maria, yang kemudian dilakukannya setiap malam. Wanita itu kemudian dibaptis dan sebelum meninggal boleh menikmati kebahagian menyaksikan suami dan anak-anaknya dibaptis juga.

St. Gertrude mengatakan dalam bukunya, “Wahyu” bahwa ketika kita mengucap syukur kepada Tuhan atas rahmat-rahmat yang Ia berikan kepada seorang kudus tertentu, kita juga memperoleh bagian besar atas rahmat-rahmat tersebut.

Jika demikian, rahmat-rahmat apakah yang tidak akan kita peroleh jika kita mendaraskan Salam Maria sementara kita mengucap syukur kepada-Nya atas segala rahmat tak terkatakan yang telah Ia anugerahkan kepada Bunda-Nya Maria?(With Ecclesiastical Approval)


“. . . Satu Ave Maria (Salam Maria) yang didaraskan tanpa perasaan mendalam, tetapi dengan kehendak yang tulus dalam masa kekeringan, jauh lebih bernilai di hadapanku daripada satu Rosario penuh yang didaraskan di tengah penghiburan.”
(Bunda Maria kepada Sr. Benigna Consolata Ferrero)


“Seorang imam Yesuit yang kudus dan terpelajar, Pastor Suarez, memahami dengan begitu mendalam nilai Salam Malaikat (Salam Maria) hingga ia mengatakan bahwa ia akan dengan senang hati menyerahkan segala ilmu yang diperolehnya demi memperoleh ganjaran dan jasa satu Salam Maria yang didaraskan dengan pantas.”(St. Louis De Montfort, Rahasia Rosario, hal. 48)

Minggu, 10 Juli 2011

Minggu, 10 Juli 2011 Hari Minggu Biasa XV DIBERI KARUNIA MENGETAHUI ( Mat 13: 1 – 23)

Minggu, 10 Juli 2011
Hari Minggu Biasa XV

DIBERI KARUNIA MENGETAHUI ( Mat 13: 1 – 23)

Antifon Pembuka

Karena kejujuranku aku memandang wajah-Mu, waktu bangun aku menikmati hadirat-Mu. (Mzm 16:15)

Doa Renungan

Allah Bapa, sumber kebenaran sejati, tiada orang yang mencari yang tiada Kauberi cahaya penunjuk jalan menuju kebenaran-Mu. Semoga kami yang menyandang nama Kristus, menjauhkan diri dari segala sesuatu yang bertentangan dengan nama itu serta berusaha hidup menghayati iman yang benar. Dengan pengantaraan Yesus Kristus, Tuhan kami, yang hidup berkuasa bersama Bapa dan Roh Kudus, kini dan sepanjang masa. Amin.

Pembacaan dari Kitab Yesaya (55:10-11)

"Hujan menyuburkan bumi dan menyuburkan tumbuh-tumbuhan."

Beginilah firman Tuhan, "Seperi hujan dan salju turun dari langit dan tidak kembali ke sana melainkan mengairi bumi, membuatnya subur dan menumbuhkan tumbuh-tumbuhan, memberikan benih kepada penabur dan roti kepada orang yang mau makan, demikianlah firman yang keluar dari mulut-Ku; Ia tidak akan kembal kepada-Ku dengan sia-sia, tetapi akan melaksanakan apa yang Kukehendaki, dan akan berhasil dalam apa yang Kusuruhkan kepadanya."
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan, do = a, 4/4, PS 846
Ref. Tuhan memberkati umat-Nya dengan damai sejahtera.
Ayat. (Mzm 65:10abcd.10e-11.12-13.14; Ul: lihat Luk 8:8)
1. Engkau mengindahkan tanah, lalu mengaruniainya kelimpahan; Engkau membuatnya sangat kaya. Sungai-sungai Allah penuh air; Engkau menyediakan gandum bagi mereka.
2. Ya, beginilah Engkau menyediakannya: Engkau mengaliri alur bajaknya, dan membasahi gumpalan-gumpalan tanahnya; dengan dirus hujan Engkau menggemburkannya, dan memberkati tumbuh-tumbuhannya.
3. Engkau memahkotai tahun dengan kebaikan-Mu, jejak-Mu mengeluarkan lemak; tanah-tanah padang gurun mengalirkan air, bukit-bukit yang berikat-pinggangkan sorak-sorai.

Pembacaan dari Surat Rasul Paulus kepada umat di Roma (8:18-23)

"Dengan amat rindu seluruh makhluk menantikan saat anak-anak Allah dinyatakan."

Saudara-saudara, aku yakin, penderitaan zaman sekarang ini tidak dapat dibandingkan dengan kemuliaan yang akan dinyatakan kepada kita. Sebab dengan amat rindu seluruh makhluk menantikan saat anak-anak Allah dinyatakan. Karena seluruh makhluk telah ditaklukkan kepada kesia-siaan, bukan karena kehendaknya sendiri, melainkan karena kehendak Dia yang telah menaklukkannya; tetapi penaklukan ini dalam pengharapan sebab makhluk itu sendiri juga akan dimerdekakan dari perbudakan kebinasaan, dan masuk ke dalam kemerdekaan mulia anak-anak Allah. Kita tahu, sampai sekarang segala makhluk sama-sama mengeluh dan sama-sama merasa sakit bersalin; dan bukan hanya makhluk-makhluk itu saja! Kita yang telah menerima Roh Kudus sebagai anugerah sulung dari Allah, kita mengeluh dalam hati sambil menantikan pengangkatan sebagai anak, yaitu pembebasan tubuh kita.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.

Bait Pengantar Injil do = bes, 2/2, PS 957
Ref. Alleluya, alleluya
Ayat. 2/4
Benih melambangkan sabda Allah, penaburnya ialah Kristus. Semua orang yang menemukan Kristus, akan hidup selama-lamanya.

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Matius (13:1-23 (13:1-9)

"Benih yang jatuh di tanah yang baik menghasilkan buah seratus ganda."

Pada suatu hari, Yesus keluar dari rumah itu dan duduk di tepi danau. Maka datanglah orang banyak berbondong-bondong lalu mengerumuni Dia, sehingga Ia naik ke perahu dan duduk di situ, sedangkan orang banyak semuanya berdiri di pantai. Dan Ia mengucapkan banyak hal dalam perumpamaan kepada mereka. Kata-Nya: "Adalah seorang penabur keluar untuk menabur. Pada waktu ia menabur, sebagian benih itu jatuh di pinggir jalan, lalu datanglah burung dan memakannya sampai habis. Sebagian jatuh di tanah yang berbatu-batu, yang tidak banyak tanahnya, lalu benih itupun segera tumbuh, karena tanahnya tipis. Tetapi sesudah matahari terbit, layulah ia dan menjadi kering karena tidak berakar. Sebagian lagi jatuh di tengah semak duri, lalu makin besarlah semak itu dan menghimpitnya sampai mati. Dan sebagian jatuh di tanah yang baik lalu berbuah: ada yang seratus kali lipat, ada yang enam puluh kali lipat, ada yang tiga puluh kali lipat. Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengar!" Maka datanglah murid-murid-Nya dan bertanya kepada-Nya: "Mengapa Engkau berkata-kata kepada mereka dalam perumpamaan?" Jawab Yesus: "Kepadamu diberi karunia untuk mengetahui rahasia Kerajaan Surga, tetapi kepada mereka tidak. Karena siapa yang mempunyai, kepadanya akan diberi, sehingga ia berkelimpahan; tetapi siapa yang tidak mempunyai, apapun juga yang ada padanya akan diambil dari padanya. Itulah sebabnya Aku berkata-kata dalam perumpamaan kepada mereka; karena sekalipun melihat, mereka tidak melihat dan sekalipun mendengar, mereka tidak mendengar dan tidak mengerti. Maka pada mereka genaplah nubuat Yesaya, yang berbunyi: Kamu akan mendengar dan mendengar, namun tidak mengerti, kamu akan melihat dan melihat, namun tidak menanggap. Sebab hati bangsa ini telah menebal, dan telinganya berat mendengar, dan matanya melekat tertutup; supaya jangan mereka melihat dengan matanya dan mendengar dengan telinganya dan mengerti dengan hatinya, lalu berbalik sehingga Aku menyembuhkan mereka. Tetapi berbahagialah matamu karena melihat dan telingamu karena mendengar. Sebab Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya banyak nabi dan orang benar ingin melihat apa yang kamu lihat, tetapi tidak melihatnya, dan ingin mendengar apa yang kamu dengar, tetapi tidak mendengarnya. Karena itu, dengarlah arti perumpamaan penabur itu. Kepada setiap orang yang mendengar firman tentang Kerajaan Surga, tetapi tidak mengertinya, datanglah si jahat dan merampas yang ditaburkan dalam hati orang itu; itulah benih yang ditaburkan di pinggir jalan Benih yang ditaburkan di tanah yang berbatu-batu ialah orang yang mendengar firman itu dan segera menerimanya dengan gembira. Tetapi ia tidak berakar dan tahan sebentar saja. Apabila datang penindasan atau penganiayaan karena firman itu, orang itupun segera murtad. Yang ditaburkan di tengah semak duri ialah orang yang mendengar firman itu, lalu kekuatiran dunia ini dan tipu daya kekayaan menghimpit firman itu sehingga tidak berbuah. Yang ditaburkan di tanah yang baik ialah orang yang mendengar firman itu dan mengerti, dan karena itu ia berbuah, ada yang seratus kali lipat, ada yang enam puluh kali lipat, ada yang tiga puluh kali lipat."
Berbahagialah orang yang mendengarkan sabda Tuhan dan tekun melaksanakannya.
U. Sabda-Mu adalah jalan, kebenaran dan hidup kami.

Renungan

Dalam perumpamaan tentang penabur ini ada beberapa kata kunci yang bisa dipakai untuk menjadi salah satu pemahaman dan pendalaman makna dari perumpamaan Tuhan Yesus tentang “penabur” ini. Misalnya kata: melihat dan tidak tahu; mendengar dan tidak mengkap dan tidak mengerti. Yesus berbicara tentang Kerajaan Allah dengan menggunakan perumpamaan yang sudah friendly dalam telinga dan mata mereka yang mendengarkannya; yaitu tentang benih, tanah, tumbuhnya, buahnya yang aneka ragam jenis.

Ada yang seratus kali, enam puluh kali dan tigapuluh kali, seturut situasi tanah dan ancaman yang menyebabkan kegagalan.

Yesus mengkaitkan perumpamaan itu dengan iman yang seharusnya berkembang dan berbuah, dengan melihat dan mendengar yang seharusnya menambah pengetahuan dan penangkapan yang mengembangkan mengertian. Tanaman biji yang ditabur secara alami seharusnya tumbuh berkembang dan berbuah banyak, tetapi secara alami ada banyak faktor atau predator yang mengancam. Jatuh di pinggir jalan dimakan burung, jatuh dibebatuan alam yang keras membuat tidak bisa berakar dan kepanasan, maka menjadi kering dan mati. Sementara yang jatuh di semak berduri, persaingan yang tidak seimbang dengan lingkungannya membuat kerdil dan tidak menghasilkan buah. Yang jatuh di tanah yang baik pun ada yang buahnya tidak maksimal.

Demikian pula biji yang menurut Yesus disejajarkan atau dibandingkan dengan Kerajaan Allah yang di taburkan dalam diri kita juga akan mengalami banyak kendala atau hambatan yang kemungkinan menyebabkan menjadi tidak hidup, menjadi kering, menjadi kerdil dan gagal berbuah, atau jatuh di tanah yang baik yang juga bisa menghasilkan seratus kali lipat, enampuluh kali atau tigapuluh kali. Ancaman untuk biji yang ditabur tentang Kerajaan Allah itu secara konkrit bisa dari faktor alam yang oleh Yesus disebutnya: pertama adalah karena orang sudah mendengar tetapi tidak mengerti, lalu datang kekuasaan jahat yang akan merampasnya dari hati kita sehingga habis dan tidak berbekas. Atau mendengar Sabda tentang Kerajaan Allah dan menerima tetapi tidak berakar, karena hatinya yang keras dan tetap gersang, maka akibatnya Sabda itu menjadi kering dan mati juga, atau jatuh di semak berduri, orang menerima sabda tentang Kerajaan Allah, sudah bertumbuh hidup tetapi terhimpit oleh segala kekuatiran duniawi, tentang makanan, pakaian, perumahan, kendaraan, kesehatan, dan kemudian dihimpit oleh pekerjaan, tugas-tugas memenuhi keinginan dan nafsu. Akibatnya juga sama tidak berbuah. Yang jatuh di tempat tanah atau hati yang baik, maka dia akan menghasilkan buah yang banyak, bahkan mungkin seratus kali lipat sampai 30 kali lipat tergantung kondisi alam sekitarnya lagi.

Pertanyaan apakah kita menyediakan diri untuk menjadi lahan yang subur atau menjadi lahan yang penuh dengan ancaman dari dalam diri kita sendiri yang kita tidak mau mengerti atau tidak mengerti sehingga hasilnya akan selalu nihil. Atau kita mau menjaga agar kita sungguh mengetahui dan menjaganya, sehingga dapat menghasilkan seratus kali lipat. Kalau kita terus tidak mau tahu, membiarkan penjahat selalu merampok, kekerasan hati dan pendapat kita berkuasa, segala keinginan kita menghimpit sampai tidak dapat berbuah, yang jelas kita akan dibakar bersama segala rumput kering lain yang tidak berguna.

Pengertian kita akan Allah dan Yesus, menjadi kendali utama yang akan membuat kita mampu menyusun semua rencana kita untuk dapat menghasilkan buah yang berkelimpahan.

Selamat Merenungkan
Berkah dalem