.....W E L C O M E TO M Y B L O G....

Minggu, 07 Agustus 2011

Antara Kontribusi, Manfaat, Dan Kompensasi.

Halo! Teman-teman.

‘There is no free lunch’. Ngimpi
namanya jika kita mengharapkan segala sesuatunya bisa diperoleh secara haratis.
Harus ada usaha untuk segala sesuatu yang kita inginkan. Memang, setiap orang
mempunyai keinginan yang berbeda-beda. Namun semua orang memiliki keinginan
yang sama, yaitu; dibayar setinggi-tingginya. Dalam konteks dunia kerja, kita
mengharapkan manfaat dan kompensasi alias gaji yang tinggi. Faktanya, banyak
orang yang mengajukan tuntutan yang berlebihan. Atau sebaliknya, banyak
perusahaan yang mengabaikan kewajiban untuk memberi imbalan sepadan kepada para
karyawan. Padahal, ada nilai-nilai kepantasan yang harus sama-sama kita
tegakkan. Karena hubungan kerja dibangun dalam azas kesetaraan.

Sekitar satu kilometer dari tempat
tinggal kami ada sebuah toko swalayan kecil yang memiliki fasilitas ATM. Hal
itu sangat memudahkan kami dalam banyak hal. Selain kemudahan itu, bagi saya
mesin ATM memberi pelajaran berharga tentang apa yang kita miliki didalam diri kita.
Selama Anda punya tabungan, maka selama itu pula Anda bisa mengambilnya.
Tabungan itu tak ubahnya seperti kemampuan pribadi kita dalam berkontribusi. Selama
kita memiliki tabungan itu, maka selama itu pula mesin ATM akan memenuhi
permintaan kita. Selama kita bisa berkontribusi, kita bisa mengharapkan
sejumlah pendapatan. Bagi Anda yang tertarik menemani saya belajar memahami
peran kontribusi kepada manfaat dan kompensasi untuk hidup kita sendiri; saya
ajak untuk memulainya dengan memahami 5 sudut pandang Natural Intelligence
berikut ini:

1. Mesin ATM mau melayani hanya jika kita memiliki tabungan. Bagi
para professional, mesin ATM itu mewakili perusahaan tempatnya bekerja. Bagi
saya, ATM itu seperti perusahan-perusahaan yang menjadi klien atau pengguna
jasa pelatihan in-house yang saya selenggarakan. Meski agak berbeda tetapi
mempunyai fungsi yang sama yaitu; tempat kita ‘mencairkan’ kemampuan dan
mengkonversinya menjadi sejumlah penghasilan. Jika di mesin ATM tabungannya
berupa uang, maka dalam konteks pekerjaan; tabungannya adalah ‘kontribusi’ melalui
pekerjaan yang kita lakukan. Anda harus mempunyai tabungan untuk bisa
mendapatkan manfaat dari mesin ATM. Anda juga harus memberikan kontribusi agar
bisa memperoleh sejumlah manfaat dari perusahaan. Semakin banyak tabungan Anda,
semakin besar dukungan kesediaan ATM untuk melayani Anda. Semakin tinggi kontribusi
kepada perusahaan, semakin besar juga manfaat yang bisa Anda dapatkan. Jadi,
jika Anda ingin mendapatkan manfaat yang sebanyak-banyaknya dari perusahaan
tempat Anda bekerja, maka Anda harus memastikan bahwa Anda mampu menabung cukup
banyak kontribusi kepada perusahaan.

2. ATM mengeluarkan uang tidak lebih dari jumlah yang kita punya. Kita tidak akan pernah bisa mengambil uang di ATM melebihi jumlah saldo
tabungan yang kita miliki. Jika memaksakan diri, maka itu namanya ‘ngimpi’. Kita
juga sering ‘ngimpi’ untuk mendapatkan bayaran yang setinggi-tingginya, sambil
berkontribusi alakadarnya. Jika kita ingin digaji tinggi, maka kita juga harus
berkontribusi tinggi. “Gaji tinggi dulu dong, barulah kita berkontribusi
tinggi!” begitu argument yang sering kita dengar di kantor-kantor. Memangnya di
mesin ATM Anda bisa mengambil uang dulu, baru kemudian Anda menabung? Tidak. Dikantor
juga sama. Kontribusi tinggi duluan. Setelah itu, barulah kita bisa
mengharapkan imbalan yang sepadan. Makanya, mulailah berfokus kepada ‘memperbanyak
kontribusi’ kepada perusahaan. Soal tuntutan imbalan secara otomatis
mengikutinya kemudian. Semakin
besar tabungan kita, semakin banyak uang yang bisa kita ambil di ATM. Semakin
tinggi kontribusi kita, maka semakin besar juga manfaat yang bisa kita dapatkan
dari perusahaan. Mengapa demikian? Karena tidak ada mesin ATM yang bisa
mengeluarkan uang melebihi tabungan yang kita punya.

3. Semakin banyak yang diambil, semakin banyak yang harus ditabungkan. Sampai kapan Anda bisa mengambil uang di ATM? Sampai uang yang Anda tabungkan
tidak tersisa lagi. ATM, menghitung berapa uang yang Anda tabungkan, dan berapa
yang sudah Anda ambil kembali. Jika tabungan Anda sudah habis, maka ATM itu
tidak mau lagi mengeluarkan uang untuk Anda. Perusahaan tempat kita berkerja dikelola
berdasarkan neraca rugi laba. Artinya, setiap rupiah yang dikeluarkannya akan
dihitung secara seksama. Termasuk gaji dan manfaat lainnya yang kita terima.
Siapa saja yang mampu memberikan kontribusi lebih tinggi dari manfaat dan kompensasi
yang didapatkannya mempunyai peluang untuk terus dipekerjakan. Sedangkan mereka
yang tidak bisa memberikan ‘nilai lebih’ dari biaya yang harus dikeluarkan oleh
perusahaan; cepat atau lambat juga pasti akan dikeluarkan. Maka tidak ada cara
lain untuk mempertahankan hubungan kerja kita kecuali dengan memberikan
kontribusi yang setinggi-tingginya. Sebab jika tidak, orang lain yang
berkontribusi lebih tinggi akan mendapatkan kesempatan lebih dulu dari kita. Mengapa?
Karena semakin banyak yang kita ambil, semakin banyak juga yang harus kita
kontribusikan.

4. Keberadaan mesin ATM tidak mempengaruhi kepemilikan kita. Beberpa
bulan lalu, ATM di toko itu yang digondol pembobol. Anehnya, orang-orang tidak gundah
atas hilangnya mesin ATM itu. Mengapa? Karena hal itu tidak mempengaruhi
kepemilikian uang kami. Uang direkening milik kita tidak pernah bisa dibobol
maling yang menggondol mesin ATM itu. Perusahaan tempat kita bekerja juga tidak
ubahnya dengan mesin ATM. Dia merupakan tempat dimana kita bisa ‘mengambil’ hak
kita setelah mengabdikan diri dengan segenap kemampuan dan keahlian yang kita
miliki. Bagaimana seandainya kita tidak lagi bekerja disana? Mungkin kita tidak
pernah merasakan betapa sedihnya orang yang kehilangan pekerjaan. Namun sekedar
membayangkan pensiun pun kita masih sering merasa ngeri. Kita suka mengira
bahwa tanpa perusahaan yang mempekerjakan kita ini, maka kita kehilangan banyak
hal dalam diri kita. Padahal, ‘apa yang kita miliki didalam diri kita’ tidak
bisa direnggut oleh siapapun. Perusahaan mungkin bisa mengambil pekerjaan kita.
Tetapi tidak keahlian, pengalaman, dan keterampilan kerja kita. Maka dari itu,
jika suatu saat kita harus kehilangan pekerjaan kita; berbesar hatilah. Dan
terus berjuanglah untuk meningkatkan keterampilan dan keahlian yang kita miliki.

5. Tabungan yang bunganya berlipat-lipat. Entah disadari atau
tidak, tabungan kita diganjar dengan tambahan bunga bank. Namun, bunga tabungan
itu terlalu kecil sehingga kita tidak merasakan manfaat yang bermakna. Makanya,
kita sering menggunakan bank dan mesin ATM hanya untuk sekedar menitipkan untuk
sementara. Cukup ‘terima-kasih’ saja. Setiap kali kita ‘terima’ dihari gajian,
kita langsung ‘kasih’ ke berbagai macam rekening tagihan. Kita tidak tertarik
untuk menyimpan uang itu berlama-lama di bank. Bagaimana jika ada bank yang
memberi bunga berlipat-lipat dari tabungan yang kita simpan? Dua kali lipat.
Sepuluh kali lipat. Bahkan tujuh ratus kali lipat. Bersediakah Anda menabung
lebih lama? Anda mau sih, tapi ragu jika ada bank yang seperti itu. Iya kan?
Ada. Namun bank itu bukan tempat penyimpanan uang, melainkan tempat
tersimpannya segala amal perbuatan. Guru kehidupan saya mengajarkan bahwa
setiap kebaikan yang kita lakukan itu laksana sebutir benih yang tumbuh menjadi
sepuluh tangkai. Sedangkan dalam setiap tangkai itu, terdapat tujuh puluh
buahnya. Maka setiap kebaikan kita diganjar dengan bunga dan buah sebanyak 700
kali lipatnya. Sekarang, sudah ada ‘bank’ yang memberi bunga berkali-kali lipat
itu. Dia tidak hanya menerima tabungan dalam bentuk uang. Tetapi juga menerima
ilmu yang Anda tebarkan. Menyambut perilaku baik yang Anda lakukan. Membukukan
setiap tindakan terpuji yang Anda kontribusikan. Maukah Anda menabung kebaikan
di ‘bank’ itu?

Pendapatan yang kita peroleh
berbanding lurus dengan kontribusi yang kita berikan. Tetapi, kadang-kadang
pendapatan itu tidak kita terima dalam bentuk uang yang bisa kita ambil di ATM;
melainkan berupa tabungan yang disimpan di bank yang memberikan bunga hingga
700 kali lipat. Maka jika Anda telah berkontribusi tinggi, namun jumlah uang yang
Anda bawa pulang tetap tidak melimpah ruah juga; ikhlaskanlah. Karena kadar keikhlasan
kita dalam berkontribusi sangat menentukan berapa kali lipat imbalan yang bisa kita
dapatkan untuk bekal di kehidupan akhirat kelak. Selama kita ikhlas, kita juga
tidak akan pernah dihinggapi oleh rasa kesal, kecewa, atau penghujatan karena
merasa telah diperlakukan secara tidak adil. Dengan keikhlasan itu, kita
menambah jumlah tabungan yang bisa dibawa ketika tiba saatnya untuk ‘pulang’.


Catatan Kaki:
Jauh-jauhlah dari niatan untuk membatasi
kontribusi Anda. Karena selain menodai keikhlasan, juga menyebabkan diri Anda
terpenjara dalam tahanan kekerdilan pikiran.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar