.....W E L C O M E TO M Y B L O G....

Minggu, 17 Juli 2011

Ketika Orang Berani Menghadapi Pilihan Hidup

“Hidup ini pilihan”. Begitu ungkapan yang sering kita dengar. Sebenarnya sejak awal kehidupan ini kita sudah dihadapkan pada beberapa pilihan yang terkadang membuat kita pusing tujuh keliling. Namun semua itu tergantung dari cara kita menanggapi pilihan hidup itu. Tentu saja setiap pilihan hidup itu pasti ada resikonya.

Seorang gadis menyadari jalan pilihan hidupnya, ketika ia berusia delapan belas tahun. Waktu itu ia telah lulus dari SMA. Waktu itu saudari iparnya menganjurkannya untuk kuliah di sebuah universitas negeri. Ia dianjurkan untuk menempuh kulian Diploma III. Namun anjuran itu bertentangan dengan pikirannya. Mengapa? Karena ia telah menanamkan cita-cita untuk menjadi seorang perawat.

Ia merenungkan dua pilihan itu. Ia berpikir, kalau ia memenuhi anjuran saudari iparnya, ia akan tergantung kepadanya. Tetapi kalau ia mengikuti keinginannya, ia telah merasa berhutang kepada saudari iparnya yang telah menyekolahkannya hingga lulus SMA. Dalam kebimbangan seperti itu, ia memutuskan untuk meninggalkan rumah saudari iparnya. Ia pergi ke kota lain untuk mencari pekerjaan.

Ia berhasil. Dari hasil kerjanya itu, ia mulai menabung. Ia ingin melanjutkan sekolahnya lagi. Ia tidak hanya ingin berhenti sampai lulus SMA. Ia ingin memiliki pendidikan yang lebih tinggi lagi.

Setelah beberapa tahun bekerja, ia meminta kepada bosnya untuk dapat melanjutkan kuliah di kota tersebut. Bosnya sangat mendukung keinginannya. Bahkan sang bos berjanji untuk membantu biaya kuliahnya. Hal itu menjadi motivasi yang semakin membantunya dalam kuliahnya. Empat tahun kemudian ia pun menyandang gelar sarjana. Kerja kerasnya mulai ia nikmati. Ia memiliki pendidikan yang lebih tinggi.

Sahabat, banyak anak zaman sekarang sering gampang menyerah pada situasi yang mereka hadapi. Ketika ada tantangan, mereka berhenti. Mereka tidak berani untuk maju. Mereka takut gagal dalam hidup mereka. Tentu hal seperti ini membuat kita miris. Mengapa anak zaman sekarang mudah menyerah pada tantangan hidup? Semestinya tantangan hidup itu menjadi motivasi untuk meraih cita-cita hidup.

Kisah di atas mau mengatakan kepada kita bahwa tantangan hidup bukan menjadi halangan bagi manusia untuk berhenti di jalan. Tantangan itu menjadi motivasi bagi dirinya untuk meraih cita-cita hidupnya. Tantangan bukanlah penghalang bagi kemajuan. Orang yang berani menghadapi tantangan itu akan berhasil dalam hidupnya. Orang seperti ini berani menghadapi resiko yang akan dihadapi.

Sebagai orang beriman, kita diajak untuk menghidupi iman kita dalam hidup sehari-hari. Iman itu sering berhadapan dengan tantangan-tantangan. Iman sejati itu diuji dalam perjalanan hidup ini. Karena itu, orang beriman mesti berani menghadapi pilihan-pilihan hidup yang penuh resiko. Dengan cara ini, orang tetap bertahan dalam perjalanan hidup ini. Orang tetap berani untuk menghidupi imannya dalam tantangan hidup yang nyata.

Mari kita tetap berusaha untuk menghidupi iman kita dalam hidup yang nyata dengan berbagai resikonya. Dengan demikian, kita dapat menemukan damai dalam hidup ini. Tuhan memberkati. **



Frans de Sales, SCJ

Berani Menghadapi Persoalan Hidup

Suatu hari ada seorang pemuda yang datang kepada seorang guru bijaksana. Ia mengaku ia sedang punya persoalan yang sangat sulit ia pecahkan. Persoalannya, ia harus menjalani studi yang tidak ia sukai. Studi yang sekarang ia jalani itu dipaksakan oleh orangtuanya. Karena itu, ia meminta nasihat kepada guru bijaksana itu untuk memutuskan untuk tidak melanjutkan studinya itu.

Ia berkata, “Guru, saya tidak bisa mengikuti paksaan orangtua begitu saja. Saya ingin studi menurut apa yang saya kehendaki. Jurusan yang saya geluti sekarang tidak saya sukai. Saya mengalami kesulitan yang luar biasa.”

Guru bijaksana itu memandang pemuda itu dengan wajah sedih. Ia menatap dalam-dalam mata pemuda itu. Dalam hati ia bertanya, “Mengapa pemuda ini begitu resah dengan hidupnya?”

Setelah beberapa lama terdiam, pemuda itu berkata, “Guru, bantu saya untuk keluar dari persoalan saya ini. Saya ingin pindah jurusan. Saya tidak kuat lagi.”

Sambil menatap matanya, guru bijaksana itu berkata, “Anakku, saya mengerti sekarang ini Anda sedang menghadapi persoalan. Tetapi apakah Anda tidak berpikir sebaliknya? Kalau dulu Anda sekolah di jurusan ini berdasarkan kehendak orangtua, sekarang Anda mesti berpikir bahwa studi Anda saat ini berdasarkan kehendak Anda. Mengapa? Karena saya tidak ingin Anda lari dari persoalan Anda. Anda mesti menyelesaikannya dengan bijaksana.”

Sahabat, sering orang mudah lari dari persoalan-persoalan yang dihadapinya. Orang tidak berani menghadapi persoalannya itu. Sebenarnya ketika seseorang melarikan diri dari persoalannya, persoalan itu tetap ada dalam dirinya. Persoalan itu akan tetap menjadi ganjalan bagi hidupnya. Karena itu, cara yang terbaik adalah menghadapi persoalan itu hingga tuntas.

Orang yang sering lari dari persoalannya menunjukkan bahwa orang itu tidak bisa bertanggung jawab atas hidupnya. Orang seperti ini lebih mudah meninggalkan setiap persoalan yang dihadapinya. Sebenarnya hal ini merugikan dirinya sendiri. Mengapa? Karena persoalannya menjadi banyak dan bertumpuk-tumpuk. Ia dililit oleh persoalan demi persoalan. Ia menjadi tidak tenang.

Karena itu, orang beriman itu mesti berani menghadapi setiap persoalan yang dihadapinya. Orang beriman itu mesti berani menyelesaikan persoalan demi persoalan yang dihadapinya. Hanya dengan cara ini, orang bertanggungjawab atas hidupnya. Orang tidak gampang melarikan diri dari persoalan-persoalan.

Mari kita berusaha untuk menyelesaikan setiap persoalan yang kita hadapi dengan lapang dada. Dengan demikian, hidup kita menjadi damai dan bahagia. Tuhan memberkati. **



Frans de Sales, SCJ

Bacaan Harian 18-24 Juli 2011

Senin, 18 Juli Hari Biasa Pekan XVI (H).
Kel 14:5-18; MT Kel 15:1-6; Mat 12:38-42.
Tuhan memgharapakan agar kita bersikap lemah lembut kepada sesama. Kelemahlembutan kita bagai air yang menghancurkan karang dan meluluhkan hati yang keras. Sudahkah kita seperti yang diminta Tuhan pada setiap manusia?

Selasa, 19 Juli Hari Biasa Pekan XVI (H).
Kel 14:21 – 15:1; MT Kel 15:8-10.12.17; Mat 12:46-50.
Kita sering tidak sadar bila dalam diri sesama, Tuhan hadir. Kita sering menyebut bahwa kita takut Tuhan, namun kita jahat, kasar, dan kejam dengan sesama. Kita lupa bahwa dalam diri sesama Tuhan hadir. Dan kalau kita sungguh menyadari bahwa Tuhan hadir dalam diri sesama, maka pintu hati kita pun terbuka untuk memaafkan dan mengasihi.

Rabu, 20 Juli Hari Biasa Pekan XVI (H).
Kel 16:1-5.9-15; Mzm 78:18-19.23-28; Mat 13:1-9.
Kitab Keluaran hari ini mengingatkan kita dengan tegas untuk senantiasa hidup menurut hukum Tuhan, bukan menurut keinginan nafsu semata. Terkadang berlimpah kenikmatan ditaburkan ke atas kita, hendak menguji kita apakah kita tahu berterima kasih kepada Sang Pemberi hidup ini?

Kamis, 21 Juli Hari Biasa Pekan XVI (H).
Kel 19:1-2.9-11.16-20b; MT Dan 3:52-54.56; Mat 13:10-17.
Para murid-Nya mempertanyakan mengapa Yesus mengajar dalam bentuk perumpamaan. Ia lalu menjelaskan bahwa inilah jalan untuk mencapai orang-orang yang tidak dapat mengerti kata-kata-Nya. Apalagi tidak semua orang diberi karunia untuk memahami Kerajaan Surga.

Jumat, 22 Juli Peringatan Wajib Sta. Maria Magdalena (P). Kel 20:1-17; Mzm 19:8-11; Mat 13:18-23.
Kitab Kejadian menunjukkan bahwa Allah satu-satunya yang membawa kita keluar dari segala problem hidup kita. Tidak ada kekuatan lain yang ikut andil atas keluarnya bangsa Israel dari perbudakan, kecuali Tuhan yang berkuasa.

Sabtu, 23 Juli Hari Biasa Pekan XVI (H).
Kel 24:3-8; Mzm 50:1-2.5-6.14-15; Mat 13:24-30.
Kita sudah diikat dengan perjanjian dalam setiap Sakramen yang kita peroleh. Setiakah kita pada ikatan perjanjian itu? Kalau tidak, apakah yang menghambat kita untuk tidak setia?

Minggu, 24 Juli Hari Minggu Biasa XVII (H).
1Raj 3:5.7-12; Mzm 119:57.72.76-77.127-130; Rm 8:28-30; Mat 13:44-52 (Mat 13:44-46).
Orang yang berlaku jahat halalkan segala cara demi harta dan nikmat surgawi pada akhirnya akan dibuang seperti ikan yang tidak baik dibuang dari pukat. Itulah akhir hidup orang jahat di akhir zaman yang akan dicampakkan ke dapur api neraka. Karena itu, sebagai pengikut Kristus, carilah terlebih dahulu harta surgawi dan yang lainnya akan ditambahkan.

Renungan harian Senin, 18 Juli 2011

Senin, 18 Juli 2011
Hari Biasa Pekan XVI

Bunda Maria, Bundaku sayang, tengoklah aku. Bersama Yesus, berkatilah aku. (Beata Maria dari Yesus Tersalib)

Doa Pagi

Bapa, aku sering ragu-ragu akan penyertaan-Mu dalam kehidupan ini. Terbukti aku sering merasa sendirian dan semua yang aku lakukan merupakan hasil karyaku sendiri. Insafkanlah hatiku dan pada awal hari ini aku berani menyerahkan hidupku ke dalam kuasa kasih-Mu. Amin.

Antifon Pembuka

Janganlah takut! Tetaplah berdiri! Perhatikanlah keselamatan dari Tuhan. Tuhan akan berperang untuk kalian, dan kalian tinggal diam saja.

Raja Mesir dan pasukannya mengejar orang Israel. Dengan perantaraan Musa, Tuhan menunjukkan keperkasaan-Nya dan tetap menuntun umat-Nya.

Pembacaan dari Kitab Keluaran (14:5-18)

"Mereka akan insaf bahwa Aku ini Tuhan, apabila Aku menampakkan kemuliaan-Ku terhadap Firaun."

Waktu diberitahukan kepada raja Mesir, bahwa bangsa Israel telah lari, maka berubahlah hati Firaun dan pegawai-pegawainya terhadap bangsa Israel itu. Mereka berkata, “Apakah yang telah kita perbuat ini? Mengapa telah kita biarkan orang Israel pergi dari perbudakan kita?” Kemudian Firaun memasang keretanya dan membawa serta rakyatnya. Ia membawa enam ratus kereta yang terpilih, ya segala kereta Mesir, masing-masing lengkap dengan perwiranya. Demikianlah Tuhan mengeraskan hati Firaun, raja Mesir itu, sehingga ia mengejar orang Israel. Tetapi orang Israel berjalan terus dipimpin oleh tangan yang perkasa. Adapun orang Mesir, dengan segala kuda dan kereta Firaun, dengan orang-orang berkuda dan pasukannya, mengejar mereka, dan mencapai mereka pada waktu mereka berkemah di tepi laut, dekat Pi-Hahirot di depan Baal-Zefon. Ketika Firaun telah dekat, orang Israel menoleh; maka tampaklah orang Mesir bergerak menyusul mereka. Lalu sangat ketakutanlah orang Israel; mereka berseru-seru kepada Tuhan, dan mereka berkata kepada Musa, “Apakah di Mesir tidak ada kuburan, maka engkau membawa kami untuk mati di padang gurun ini? Maksudmu apa membawa kami keluar dari Mesir? Bukankah telah kami katakan di Mesir, janganlah mengganggu kami dan biarlah kami bekerja pada orang Mesir. Sebab lebih baik bagi kami bekerja bagi orang Mesir daripada mati di padang gurun!” Tetapi Musa berkata kepada bangsa itu, “Janganlah takut! Tetaplah berdiri, dan perhatikanlah keselamatan dari Tuhan yang hari ini juga akan diberikan-Nya kepada kalian. Sebab orang Mesir yang kalian lihat hari ini takkan kalian lihat lagi untuk selama-lamanya. Tuhan akan berperang untuk kalian, dan kalian tinggal diam saja.” Lalu Tuhan bersabda kepada Musa, “Mengapa engkau berseru-seru demikian kepada-Ku? Katakanlah kepada orang Israel, supaya mereka berangkat. Dan engkau, angkatlah tongkatmu ulurkanlah tanganmu ke atas laut dan belahlah airnya, sehingga orang Israel dapat masuk ke tengah-tengah laut dan berjalan di tanah yang kering. Tetapi sementara itu Aku akan menegarkan hati orang Mesir, sehingga mereka menyusul orang Israel. Dan terhadap Firaun serta seluruh pasukannya, kereta dan orang-orangnya yang berkuda, Aku akan menyatakan kemuliaan-Ku. Maka orang Mesir akan insyaf, bahwa Aku ini Tuhan, apabila Aku menampakkan kemuliaan-Ku terhadap Firaun, keretanya dan orang-orangnya yang berkuda.”

Mazmur Tanggapan
Ref. Baiklah aku menyanyi bagi Tuhan, sebab Ia tinggi luhur.
Ayat. (Kel 15:1-2.3-4.5-6)
1. Baiklah aku menyanyi bagi Tuhan, sebab Ia tinggi luhur. Kuda dan penunggangnya dilemparkan-Nya ke dalam laut. Tuhan itu kekuatan dan mazmurku, Ia telah menjadi keselamatanku. Dia Allahku, kupuji Dia; Dialah Bapaku, kuluhurkan Dia.
2. Tuhan itu pahlawan perang; Tuhan, itulah nama-Nya! Kereta Firaun dan pasukannya dibuang-Nya ke dalam laut, para perwira pilihannya dibenamkan ke dalam Laut Teberau.
3. Samudera raya menutupi mereka; ke air yang dalam mereka tenggelam seperti batu. Tangan kanan-Mu, ya Tuhan, mulia karena kekuasaan-Mu, tangan kanan-Mu, ya Tuhan, menghancurkan musuh.

Bait Pengantar Injil
Ref. Alleluya
Ayat. Hari ini janganlah bertegar hati, tetapi dengarkanlah suara Tuhan.

Orang-orang Ninive bertobat karena pewartaan nabi Yunus. Yesus mengecam ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi karena tidak mau bertobat.

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Matius (12:38-42)

"Pada waktu penghakiman, ratu dari selatan akan bangkit bersama angkatan ini."

Sekali peristiwa beberapa ahli Taurat dan orang Farisi berkata kepada Yesus, “Guru, kami ingin melihat suatu tanda dari pada-Mu.” Jawab Yesus kepada mereka, “Angkatan yang jahat dan tidak setia ini menuntut suatu tanda. Tetapi kepada mereka tidak akan diberikan tanda selain tanda Nabi Yunus. Sebab seperti Yunus tinggal di dalam perut ikan tiga hari tiga malam, demikian pula Anak Manusia akan tinggal di dalam rahim bumi tiga hari tiga malam. Pada waktu penghakiman orang-orang Niniwe akan bangkit bersama angkatan ini dan menghukumnya juga. Sebab orang-orang Niniwe bertobat setelah mendengar pemberitaan Yunus; dan sungguh, yang ada di sini lebih daripada Yunus! Pada waktu penghakiman ratu dari Selatan akan bangkit bersama angkatan ini dan ia akan menghukumnya juga. Sebab ratu itu datang dari ujung bumi untuk mendengar hikmat Salomo, dan sungguh, yang ada di sini lebih daripada Salomo!”
Demikianlah Injil Tuhan
U. Terpujilah Kristus.

Renungan

Ada banyak alasan untuk bertobat. Namun, tidak sedikit orang sengaja membutakan diri atau menulikan diri untuk dapat menunda pertobatan. Mereka menyangka dengan melakukannya, ia sanggup mempertahankan kesenangan dan berkelit dari penghukuman. Bertobatlah saat ini juga dan Anda akan tahu betapa banyak tanda dari Tuhan.

Doa Malam

Tuhan Yesus, sering aku menuntut agar semua kebutuhan Engkau penuhi. Semoga pengalaman Nabi Yunus membuka mata hatiku untuk semakin percaya akan karya-Mu dalam hidup ini. Engkaulah Juruselamat kami, kini dan sepanjang masa. Amin.


RUAH

Renungan Harian 17 juli 2011 Minggu Biasa XVI - Keb 12:13.16-19; Rm 8:26-27; Mat 13:24-43

"Biarkanlah keduanya tumbuh bersama sampai waktu menuai"

Mg Biasa XVI: Keb 12:13.16-19; Rm 8:26-27; Mat 13:24-43

Manusia diciptakan oleh Allah bekerja sama dengan suami-isteri/laki-laki dan perempuan yang saling mengasihi dalam kebebasan; dengan kata lain diciptakan dalam cintakasih dan kebebasan, dan Allah juga menganugerahkan kebebasan sepenuhnya bagi manusia untuk tumbuh dan berkembang. Pada awal hidupnya, ketika sperma dan telor bersatu, manusia sungguh kecil sekali dan dalam waktu kurang lebih sembilan bulan ia telah tumbuh berkembang seberat lebih dari 3 (tiga) kilogram, ketika dilahirkan dari rahim ibu. Allah lah yang menganugerahi pertumbuhan dan perkembangan, sedang tugas manusia selanjutnya adalah 'menyiram' alias merawatnya. Memang dalam perawatan atau perjalanan hidup manusia selama di dunia, setelah lahir dari rahim ibu, menghadapi aneka godaan, masalah dan tantangan; dan dalam kebebasan pula manusia menanggapinya. Memang ada yang menyalahkan gunakan kebebasan yang dianugerahkan oleh Allah dengan seenaknya, tetapi ada yang menggunakan kebebasan sesuai dengan kehendak Allah, maka ada yang tumbuh berkembang menjadi pribadi baik dan berbudi pekerti luhur dan ada yang tumbuh berkembang menjadi tidak baik dan tak bermoral. Maka marilah sesuai dengan perumpamaan yang disampaikan oleh Yesus hari ini kita mawas diri: apakah kita termasuk 'benih gandum' yang bertumbuh berkembang menjadi baik atau tidak baik?

" Biarkanlah keduanya tumbuh bersama sampai waktu menuai. Pada waktu itu aku akan berkata kepada para penuai: Kumpulkanlah dahulu lalang itu dan ikatlah berberkas-berkas untuk dibakar; kemudian kumpulkanlah gandum itu ke dalam lumbungku."(Mat 13:30)

Menjadi 'benih gandum' yang tumbuh berkembang menjadi baik serta menghasilkan buah sebagaimana diharapkan dan dikehendaki oleh Tuhan antara lain berarti rajin berkumpul dengan saudara-saudarinya, lebih-lebih dengan saudara-saudari seiman atau seagama untuk 'bercuhat', saling berbagi pengalaman hidup beriman. Secara konkret secara pribadi tidak melupakan doa atau ibadat harian, sering membaca Kitab Suci serta merenungkannya, berpartisipasi dalam aneka kegiatan bersama paguyuban umat beriman, misalnya ibadat sabda atau perayaan ekaristi. Sedangkan secara bersama-sama mewujudkan diri sebagai kebersamaan yang sehati dan sebudi, antara lain saling berbagi harta kekayaan, sehingga tidak ada lagi yang menderita atau berkekurangan.

Mungkinkah kita bagaikan 'benih lalang' yang ditaburkan orang jahat, artinya begitu dilahirkan dari rahim ibu kita hidup dan dibesarkan di lingkungan orang-orang jahat, yang tak bermoral? Dari pengalaman saya pribadi pernah bertemu dengan orang yang kelahirannya tidak dikehendaki oleh orangtuanya, misalnya akibat dari pergaulan bebas muda-mudi atau mahasiswa-mahasiswi. Karena pergaulan seks bebas maka sang gadis hamil dan sang pacarnya langsung meninggalkan. Begitu gadis hamil juga sering dibenci oleh orangtuanya, dan ketika sang gadis melahirkan anaknya pun mengalami kesulitan untuk membesarkannya, sehingga untuk mencukupi kebutuhan hidupnya sendiri beserta anaknya ia terpaksa 'menjual diri' alias melacur. Kami yakin anak yang demikian pasti akan tumbuh berkembang menjadi pribadi yang tidak baik. Maka dengan ini kami berharap rekan-rekan muda-mudi, pelajar atau mahasiswa tidak terjebak ke dalam pergaulan seks bebas.

Yesus juga menggambarkan kebersamaan hidup menggereja atau beriman kepadaNya atau Kerajaan Allah bagaikan biji sesawi atau ragi; kecil namun fungsional menyelamatkan seluruh lingkungan hidupnya. Maka kami berharap kepada kita semua yang beriman kepada Yesus untuk dapat menjadi tempat berlindung bagi siapapun yang membutuhkan bantuan atau menghadirkan diri sedemikian rupa sehingga lingkungan hidup yang kudatangi menjadi semakin enak dan nikmat untuk ditempati, karena menarik, memikat dan mempesona bagi siapapun. Sebagai orang yang beriman kepada Yesus kita dipanggil untuk menghayati iman kita dalam hidup sehari-hari, sehingga cara hidup dan cara bertindak kita dimanapun dan kapanpun bersifat missioner, dapat menjadi pewarta baik serta fungsional menyelamatkan lingkungan hidup.

Cara Yesus menyampaikan pengajaran kiranya dapat menjadi contoh atau teladan bagi para pewarta kabar gembira: katekis atau pengkotbah. Ia menggunakan apa yang ada dan hidup di tengah masyarakat, apa yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari untuk menjelaskan atau menyampaikan isi ajaranNya. Orang bijak atau pandai sejati adalah orang yang mampu membuat yang sulit dan berbelit-belit dapat dimengerti oleh semua orang, dengan kata lain membuat yang sulit menjadi sederhana; sebaliknya orang yang membuat apa yang sederhana menjadi sulit dan berbelit-belit adalah orang bodoh.

"Roh membantu kita dalam kelemahan kita; sebab kita tidak tahu, bagaimana sebenarnya harus berdoa; tetapi Roh sendiri berdoa untuk kita kepada Allah dengan keluhan-keluhan yang tidak terucapkan. "(Rm 8:26)

Kita kiranya tidak tahu persis proses pertambahan ukuran benih tanaman yang terus bertumbuh setiap hari, kita tidak tahu persis berapa berat bayi yang masih ada di dalam kandungan selama lima bulan, kita tahu tahu persis bagaimana ragi merasuki seluruh makanan, dst… Yang mudah kita ketahui adalah hasilnya. Begitulah yang terjadi dengan doa-doa kita. Kebanyakan dari kita kiranya kurang tahu berdoa dengan benar dan baik; membaca teks doa oke dan baik, tetapi apakah ia sungguh berdoa layak dipertanyakan. Doa yang benar dan baik hemat saya bukan panjangnya kata-kata atau gerak-gerik anggota tubuh, melainkan hati yang terarah sepenuhnya kepada Allah/Yang Ilahi, itulah hemat saya arti dari "Roh sendiri berdoa untuk kita kepada Allah dengan keluhan-keluhan yang tidak terucapkan".

Marilah kita buka hati kita terhadap bisikan atau sentuhan Roh. Hidup doa adalah masalah hati, perjumpaan hatiku dengan Hati Allah, sehingga hatiku dikuasai oleh Allah dan dengan demikian kita hidup dan bertindak sesuai dorongan atau bisikan RohNya, dan tidak mengikuti kemauan atau keinginan pribadi. Maka salah satu ujud doa yang baik adalah permohonan rahmat Allah, yang kita butuhkan agar kita dapat hidup dan bertindak sesuai dengan kehendak Allah. Dengan kata lain jika kita mohon keselamatan jiwa kita sendiri maupun orang lain, yakinlah bahwa permohonan kita pasti dikabulkan.

Pengabulan doa butuh kerjasama kita sebagai manusia yang lemah dan rapuh ini. Jika kita mohon keselamatan jiwa maka semua usaha, kerja dan pelayanan kita memiliki tujuan utama keselamatan jiwa manusia, bukan harta benda atau uang. Dalam mohon keselamatan jiwa, marilah kita imani apa yang dikatakan oleh penulis Kitab Kebijaksanaan ini:" Memang kekuatan hanya Kauperlihatkan pabila orang tak percaya akan kepenuhan kekuasaan-Mu, dan Kaupermalukan keberanian orang yang mengetahui kekuasaan-Mu itu. Tetapi Engkau, Penguasa yang kuat, mengadili dengan belas kasihan, dan dengan sangat hati-hati memperlakukan kami. Sebab kalau mau Engkau dapat juga" (Keb 12:17-18). Kita tidak mungkin mengetahui kuasa Allah sepenuhnya, karena Ia adalah Maha Kuasa, maka juga tak mungkin kita memaksa Allah untuk mengabulkan permohonan atau dambaan kita, apalagi yang menjadi permohonan atau dambaan kita bukan keselamatan jiwa manusia. Namun jika kita mohon keselamatan jiwa manusia, sekali lagi percayalah pasti akan dikabulkan, karena Ia Maha Kuasa.

"Sebab Engkau, ya Tuhan, baik dan suka mengampuni dan berlimpah kasih setia bagi semua orang yang berseru kepada-Mu. Pasanglah telinga kepada doaku, ya TUHAN, dan perhatikanlah suara permohonanku. Segala bangsa yang Kaujadikan akan datang sujud menyembah di hadapan-Mu, ya Tuhan, dan akan memuliakan nama-Mu. Sebab Engkau besar dan melakukan keajaiban-keajaiban; Engkau sendiri saja Allah"

(Mzm 86:5-6.9-10)

Catholic Song

Listen and this song SPECIAL FOR MY HONEY...



























Dimana Letak Bahagia Anda?

"Tempat untuk berbahagia itu ada di
sini. Waktu untuk berbahagia itu kini.
Cara untuk berbahagia ialah dengan
membuat orang lain berbahagia"
-- Robert G. Ingersoll

Blogger, apakah saat ini merasa bahagia?

Di mana letak kebahagiaan ANDA
sesungguhnya? Apakah pada moleknya
tubuh? ..Jelitanya rupa? Tumpukan
harta?

....atau barangkali punya mobil mewah &
tingginya jabatan?

Jika itu semua sudah ANDA dapatkan,
apakah ANDA bisa memastikan bahwa
ANDA *akan* bahagia?

Hari ini saya akan mengajak ANDA untuk
melihat, kalau limpahan harta tidak
selalu mengantarkan pada kebahagiaan

Dan ini kisah nyata...

Ada delapan orang miliuner yang memiliki
nasib kurang menyenangkan di akhir
hidupnya. Tahun 1923, para miliuner
berkumpul di Hotel Edge Water Beach
di Chicago, Amerika Serikat. Saat itu,
mereka adalah kumpulan orang-orang yang
sangat sukses di zamannya.

Namun, tengoklah nasib tragis mereka 25
tahun sesudahnya! Saya akan menyebutnya
satu persatu :

=> Charles Schwab, CEO Bethlehem Steel,
perusahaan besi baja ternama waktu itu.

Dia mengalami kebangkrutan total,
hingga harus berhutang untuk membiayai
5 tahun hidupnya sebelum meninggal.

=> Richard Whitney, President New York
Stock Exchange. Pria ini harus
menghabiskan sisa hidupnya dipenjara
Sing Sing.

=> Jesse Livermore (raja saham "The
Great Bear" di Wall Street), Ivar
Krueger (CEO perusahaan hak cipta),
Leon Fraser (Chairman of Bank of
International Settlement), ketiganya
memilih mati bunuh diri.

=> Howard Hupson, CEO perusahaan gas
terbesar di Amerika Utara. Hupson
sakit jiwa dan meninggal di rumah
sakit jiwa.

=> Arthur Cutton, pemilik pabrik tepung
terbesar di dunia, meninggal di
negeri orang lain.

=> Albert Fall, anggota kabinet
presiden Amerika Serikat, meninggal
di rumahnya ketika baru saja keluar
dari penjara.

Kisah di atas merupakan bukti, bahwa
kekayaan yang melimpah bukan jaminan
akhir kehidupan yang bahagia!

Kebahagiaan memang menjadi faktor yang
begitu didambakan bagi semua orang.

Hampir segala tujuan muaranya ada pada
kebahagiaan. Kebanyakan orang baru bisa
merasakan *hidup* jika sudah menemukan
kebahagiaan.

Pertanyaannya, di mana kita bisa
mencari kebahagiaan?

Apakah di pusat pertokoan? Salon
kecantikan yg mahal? Restoran mewah?
Di Hawaii? di Paris? atau di mana?

Sesungguhnya, kebahagiaan itu tdk perlu
dicari kemana-mana... karena ia ada
di hati setiap manusia.

Carilah kebahagiaan dalam hatimu!
Telusuri 'rasa' itu dalam kalbumu!
Percayalah, ia tak akan lari kemana-mana...

Hari ini saya akan berbagi tips
bagaimana kita sesungguhnya bisa
mendapatkan kebahagiaan *setiap hari*.

Berikut adalah tips yang bisa ANDA
lakukan:

1. Mulailah Berbagi!

Ciptakan suasana bahagia dengan cara
berbagi dengan orang lain. Dengan cara
berbagi akan menjadikan hidup kita
terasa lebih berarti.

2. Bebaskan hati dari rasa benci,
bebaskan pikiran dari segala
kekhawatiran.

Menyimpan rasa benci, marah atau dengki
hanya akan membuat hati merasa tidak
nyaman dan tersiksa.

3. Murahlah dalam memaafkan!

Jika ada orang yang menyakiti, jangan
balik memaki-maki. Mendingan berteriak
"Hey! Kamu sudah saya maafkan!!".

Dengan memiliki sikap demikian, hati
kita akan menjadi lebih tenang, dan
amarah kita bisa hilang. Tidak percaya?
Coba saja! Saya sering melakukannya. :-)

4. Lakukan sesuatu yang bermakna.

Hidup di dunia ini hanya sementara.
Lebih baik ANDA gunakan setiap waktu
dan kesempatan yang ada untuk melakukan
hal-hal yang bermakna, untuk diri
sendiri, keluarga, dan orang lain.

Dengan cara seperti ini maka
kebahagiaan ANDA akan bertambah dan
terus bertambah.

5. Dan yang terakhir, ANDA jangan
terlalu banyak berharap pada orang
lain, nanti ANDA akan kecewa!

Ingat, kebahagiaan merupakan tanggung
jawab masing-masing, bukan tanggung
jawab teman, keluarga, kekasih, atau
orang lain.

Lebih baik kita perbanyak harap hanya
kepada Yang Maha Kasih dan Kaya.

Karena Dia-lah yang menciptakan kita,
dan Dia-lah yang menciptakan segala
'rasa', termasuk rasa bahagia yang
selalu ANDA inginkan. ^_^

Sampai bertemu pada artikel yang lain! :-)