.....W E L C O M E TO M Y B L O G....

Senin, 18 Juli 2011

Makna Jumat Agung

Dalam bulan Maret

, banyak umat Kristiani (Kristen dan Katolik) mempersiapkan diri memasuki Jumat Agung pada tanggal 22 April 2011. Ada yang berpuasa, ada juga yang melakukan meditasi, maupun mendengarkan kotbah-kotbah yang bertemakan kesengsaraan dan kematian Kristus. Namun, apabila setiap umat kristiani berhenti sejenak dari perenungannya dan merefleksikan perenungannya, maka akan muncul sebuah pertanyaan, “Dimanakah letak keagungan hari Jumat Agung?”

Dalam budaya barat, untuk menyebut Jumat Agung digunakan istilah ”Good Friday.” Jika menilik pengertian kata “agung” yang berarti besar, mulia, luhur, dan kata “keagungan” yang berarti kemuliaan, kebesaran (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1990), rasanya sulit untuk melihat keagungan dalam Jumat Agung. Kesengsaraan, penderitaan, bahkan kematian yang dialami oleh Yesus, lebih memiliki konotasi sebagai sesuatu yang hina. Hukuman salib pada masa kekuasaan Romawi, merupakan suatu bentuk hukuman yang merendahkan harkat orang yang disalibkan. Hukuman salib biasa digunakan untuk menghukum mati mereka yang dikutuk. Nilai sebuah kesengsaraan dan hukuman salib “mengharuskan” ketiadaan keagungan dalam peristiwa Jumat Agung.

Namun demikian, Jumat Agung tetap menyimpan banyak hal yang menyatakan keagungan-Nya. Keagungan Jumat Agung harus dilihat dalam perspektif makna dan alasan Yesus Kristus mau menjalani semua hukuman tersebut dalam ketidak-berdosaan-Nya. Bahkan Raja Herodes dan Pontius Pilatus pun tidak dapat menemukan kesalahan dalam diri Yesus (Lukas 23:13-25). Yesus menjalani hukuman dan kesengsaraan, semata-mata untuk menebus dan menghapuskan dosa manusia, sehingga manusia dipersatukan dengan Tuhan. Seorang teolog bernama John Piper, dalam bukunya Fifty Reasons Why Jesus Came To Die, mengatakan, “If we criminals are to go free and be forgiven, there must be some dramatic demonstration that the honor of God is upheld even though former blasphemers are being set free. That is why Christ suffered and die.”

Di sisi lain, apa yang dilakukan Yesus melalui pengorbanan-Nya di atas kayu salib, meninggalkan suatu nilai dan teladan hidup memberi diri bagi orang lain. Kerelaan-Nya untuk memberi diri bagi manusia berdosa, menambah indahnya keagungan Jumat Agung. Dimulai ketika, Yesus yang adalah Allah rela merendahkan diri-Nya, mengambil rupa seorang hamba, menjadi manusia, sama seperti kita, kecuali dalam hal dosa, karena Yesus tidak berdosa. Semua itu Dia lakukan, bahkan sampai naik ke atas salib dan menjadi korban tebusan bagi manusia yang tidak sanggup untuk menyelamatkan dirinya sendiri. Inilah keagungan dalam Jumat Agung.
Akhirnya, alangkah indahnya bangsa Indonesia, apabila setiap orang dalam bangsa ini saling berbagi dalam hidup bermasyarakat sebagai suatu komunitas bukan individualistis. Alangkah indahnya juga, apabila para pejabat juga bisa berbagi kepada rakyat yang masih menanti janji para elite ketika kampanye, yang menyerukan kesejahteraan social bagi seluruh rakyat Indonesia.Dan begitu juga halnya dengan gereja. Bukankah indah, apabila gereja bisa bergerak sebagai satu kesatuan tubuh Kristus bukan bagian per bagian yang bergerak masing-masing demi kepentingan dan ambisi pribadi. Dan alangkah mulianya apabila setiap orang saling merendahkah diri dan memberi dirinya bagi sesama saudara seiman. Bukan hanya berkata-kata tetapi melakukannya secara nyata dalam kehidupan berjemaat, sehingga Tuhan Yesus dimuliakan dan ditinggikan.

Teladan agung yang diberikan oleh Tuhan Yesus, mengajak setiap umat kristiani untuk memaknai kembali pengertian Tubuh Kristus, jika satu anggota menderita, semua anggota turut menderita; jika satu anggota dihormati, semua anggota turut bersukacita (1 Korintus 12:26). Selamat menikmati keagungan Jumat Agung.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar